|
AKSI mogok karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surabaya, akhir pekan lalu dirasakan dampaknya pada pelayanan air bersih bagi warga Kota Buaya ini. Beberapa instansi pemerintah, rumah tangga, dan rumah sakit serta pelayanan umum lainnya mengeluh kekurangan air bersih. Keluhan yang disampaikan warga Surabaya bisa dimaklumi, pasalnya hampir satu minggu pelayanan di kantor PDAM Kota Surabaya praktis lumpuh, baik administrasi, penagihan, maupun pelayanan pemasangan instalasi baru. Di antara instansi yang mengeluhkan pelayanan tersebut ialah Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Soetomo Surabaya, yang sangat membutuhkan suplai air bersih. Sejak terjadi aksi mogok, debit air di rumah sakit terbesar di Surabaya tersebut turun drastis. Beberapa ruangan vital seperti instalasi rawat darurat (IRD), poliklinik, dan ruangan untuk pasien praktis tidak mendapatkan kebutuhan air bersih yang cukup. Padahal, untuk melayani pasien yang jumlahnya banyak itu, air merupakan kebutuhan prioritas. Ketua Forum Pers RSU Dr Soetomo Surabaya Dr Urip Murtedjo mengaku sangat kecewa dengan PDAM Surabaya. Karena aksi mogok tersebut menyebabkan pelayanan terhadap ketersediaan air bersih terganggu. ''Hampir satu minggu debit air di sini turun, padahal kebutuhan air di rumah sakit sangat besar. Bisa jadi ini merupakan efek dari aksi mogok tersebut,'' kata Urip lagi. Dalam satu hari RSU Dr Soetomo membutuhkan air bersih sebanyak 250 truk tangki. Tapi sejak aksi mogok hanya beberapa truk saja yang dikirim untuk menyuplai air bersih ke rumah sakit. Bahkan, ketika aksi mogok terjadi nyaris dalam dua hari tidak mendapat pasokan, akibatnya kebutuhan air bersih menjadi berkurang, padahal setiap hari baik pasien maupun dokter membutuhkan air tersebut. "Jika dibiarkan maka akan mengganggu kinerja rumah sakit, khususnya keluarga pasien." Saat Urip menyampaikan keluhan tersebut, pihak PDAM merespons dengan hanya mengirim dua truk tangki berisi air bersih. Namun jumlah tersebut dinilai masih kurang. ''Karena sangat dibutuhkan, dengan terpaksa kiriman dua tangki tersebut diterima, minimal bisa menutupi kekurangan air di rumah sakit,'' ujarnya. Lain halnya dengan cerita Ningsih seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Ngagel Surabaya, sejak aksi mogok saluran di rumahnya yang rusak tidak bisa diperbaiki, padahal dirinya sudah menyampaikan keluhan tersebut ke PDAM Surabaya. Sebelum ada aksinya, pihaknya sudah menyampaikan keluhan, dan dijanjikan akan secepatnya diperbaiki, namun kenyataannya sampai sekarang tidak diperbaiki. ''Karena tidak ada air terpaksa saya membeli dari warga yang jual air keliling, kalau tidak begitu bisa-bisa saya tidak mandi, makannya saya beli air sendiri,'' kata Ningsih. Meski situasi di PDAM Surabaya secara perlahan mulai normal, persoalan tidak berhenti sampai di situ, sejuta persoalan terus akan muncul. Apalagi, warga Surabaya selalu mengeluhkan kualitas air PDAM yang tidak layak minum. Bahkan, untuk mandi pun ada warga yang enggan karena air terlihat keruh. Jangan kemudian diperkeruh pelayanan yang mengecewakan. Faishol Taselan/Heri Susetyo/B-2 Post Date : 13 September 2005 |