JAKARTA -- Aliran air Perusahaan Air Minum (PAM) di tujuh rukun tetangga di RW 11, Asrama PJKA-POLRI, Pela-pela, Tanjung Priok, Jakarta Utara, mati total sejak dua minggu terakhir. "Kami tidak tahu apa alasannya," kata Trio, Ketua RT 04, saat ditemui di rumahnya kemarin.
Menurut Trio, matinya aliran air PAM ini bukan yang pertama kali. Bahkan ada warga yang tidak mendapat aliran air selama dua bulan. "Ini sudah terjadi sejak lima tahun terakhir," katanya.
Mewakili warga, Trio berencana mengirimkan surat keluhan kepada PT Aetra Air Jakarta, operator air untuk kawasan Tanjung Priok. "Sebab, selama ini tidak pernah ada pemberitahuan dari mereka," kata Trio.
Selama aliran air terputus, warga terpaksa memanfaatkan air sumur umum yang berada di tempat itu. Air sumur masih bisa digunakan untuk mencuci dan mandi meski warnanya agak keruh. Sedangkan untuk memasak dan minum, mereka terpaksa membeli dari pedagang air keliling. "Satu jeriken harganya Rp 4.000," kata Yuli, warga RT 04.
Teni, Ketua RT 07, mengatakan tagihan air di rumahnya selalu di atas Rp 80 ribu. "Padahal air sering mati, dan giliran keluar, kecilnya minta ampun," ujar bapak dua anak tersebut. Jumlah tagihan itu tidak pernah berubah meski dia sudah berulang kali menyampaikan keluhan ke Aetra.
Sebagai bentuk protes, Teni menolak melunasi tagihan air selama beberapa bulan pada 2008. Akibatnya, aliran air PAM di rumahnya dicabut sejak setahun lalu. "Saya memang sengaja tidak mau bayar, biar dicabut," kata dia.
Kini, bukan hanya Teni, beberapa warga RT 07 juga menolak membayar tagihan agar sambungan pipa air ke rumah mereka dicabut operator. "Mereka lebih memilih menggunakan air sumur dan membeli air pikulan untuk masak dan minum," ujar Teni.WAHYUDIN FAHMI
Post Date : 10 Maret 2010
|