|
[JAKARTA] Banjir akibat gelombang pasang di beberapa kawasan Jakarta Utara mulai surut pada Senin (10/12) pagi. Namun, masyarakat diminta tetap waspada karena gelombang pasang diperkirakan masih akan terjadi mulai pukul 09.00-11.00 WIB, hingga 12 Desember mendatang. Gelombang pasang terjadi mulai Sabtu (8/12) hingga Minggu (9/12) yang membanjiri beberapa kawasan di Penjaringan dan Pluit, Jakarta Utara. Ketinggian banjir akibat limpasan gelombang pasang berkisar antara 50 sampai 100 cm. Banjir mulai surut sejak minggu sore, seiring surutnya air laut. Namun, genangan tetap ada di sejumlah kawasan karena air tidak dapat mengalir. Meski banjir telah surut, namun warga di kawasan tersebut, diminta tetap mewaspadai kemungkinan gelombang pasang tinggi, yang akan terjadi hingga 12 Desember 2007, sesuai perkiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Menurut BMG, selama Desember akan terjadi dua kali gelombang pasang di kawasan pesisir pantai utara Jakarta. Gelombang pasang pertama benar terjadi se- jak Sabtu hingga Minggu (8-9/12). Sedangkan gelombang pasang kedua, diperkirakan terjadi pada 20-25 Desember 2007 mulai pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB. Untuk mengurangi genangan air di jalanan dan permukiman warga, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta mengirimkan delapan pompa air ke kawasan itu. "Karena ada bantuan pompa dari DPU DKI, sampai pagi ini, genangan air di sejumlah kawasan mulai berkurang dengan ketinggian rata-rata 10 cm," kata Heru Joko, Manager Crisis Centre Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satkorlak PP) DKI Jakarta, kepada SP, Senin (10/12). Dia mengatakan, kawasan yang masih digenangi air akibat limpasan gelombang pasang antara lain, RW 017, Kelurahan Penjaringan, juga RW 01 dan 04, Kelurahan Kamal Muara. "Di RW 017, Kelurahan Penjaringan, genangan air terdapat di RT 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 dan 22. Kemarin, ketinggiannya mencapai 80 cm sampai satu meter. Tapi pagi ini, sudah berkurang hingga ketinggian 10-15 cm," ujar Heru. Di kampung nelayan Muara Baru, Penjaringan, air surut sejak Minggu (9/12) sekitar pukul 15.00 WIB. Air yang tadinya setinggi satu meter, kini tinggal 20 cm - 75 cm. Akses jalan menuju Muara Baru mulai dapat dilalui dan warga pun sudah mulai dapat melakukan aktivitasnya kembali. Kampung nelayan tersebut, terendam banjir sejak Minggu (9/12) pukul 08.00 WIB. Ketinggian air mencapai puncaknya sekitar pukul 09.00 WIB, yaitu sekitar satu meter. Kawasan yang mulai surut meliputi Pasar Lama menjadi 35 cm, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 30 cm, Muara Baru Ujung 75 cm, dan Kamal Muara Raya 20 cm. Dari pantauan Minggu (9/12) siang, hanya ada beberapa lokasi yang masih sedikit terendam air. Ketinggian air pun hanya sekitar 10 cm. Aktivitas warga pun sudah mulai berjalan normal. Warga terlihat mulai membereskan barang-barangnya dan membersihkan lumpur yang menumpuk di dalam rumah mereka. Beberapa angkutan kota sudah mulai terlihat dapat melewati kawasan tersebut, setelah sebelumnya aktivitas mereka mencari penumpang sempat terhenti karena jalan terendam banjir. Menurut Kepala Seksi Tramtib Kecamatan Penjaringan, Sugianto, sejak Minggu pukul 15.00 WIB air sudah mulai berangsur surut. "Sekitar pukul 12.00, air masih setinggi dada orang dewasa, tapi sekarang sudah surut," jelas Sugianto. Sementara itu, Lurah Penjaringan, Budi Santoso mengatakan, untuk mengantisipasi gelombang pasang kembali, telah disiagakan dua perahu karet besar yang memiliki daya tampung 20 orang dan dua perahu kecil yang dapat menampung 10 orang. "Semua perahu karet itu dibawah koordinasi petugas Tramtib Jakut," kata Budi. Selain itu, lanjut Budi, masih ada bantuan satu perahu karet lagi dari PMI. Menolak Dievakuasi Ditambahkan Budi, Tramtib Penjaringan sudah menyiagakan 137 personelnya untuk mengevakuasi warga jika sewaktu-waktu air pasang kembali terjadi. Selain itu, telah disiapkan dua posko pengungsian, yaitu di Pompa Air dan Pabrik Baja. "Posko pengungsian itu dapat menampung 1.600 orang, di bawah koordinasi Satkorlak Bencana dan PMI," kata Budi. Namun, meski rumah mereka terendam air pasang, warga Muara Baru menolak untuk dievakuasi, sebab tidak ada jaminan keamanan bagi barang-barang mereka kalau mereka harus meninggalkan rumah. "Kami tak mau meninggalkan rumah, sebab waktu banjir kemarin, ditinggal sebentar barang kami udah pada hilang," tutur Yadi, warga RT 20 RW 17 yang rumahnya terendam air cukup parah. Menurut Kepala Seksi Tramtib Kecamatan Penjaringan, Sugianto, pihaknya telah berusaha mengamankan rumah-rumah warga yang ditinggalkan, tetapi diakui masih ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, yang memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil barang milik warga. [J-9/N-6] Post Date : 10 Desember 2007 |