Air Mengalir Tiga Hari Sekali

Sumber:Kompas - 23 Juli 2007
Kategori:Air Minum
Gunung Kidul, Kompas - Dua bulan pertama kemarau, warga Dusun Ploso, Purwosari, Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta, kembali mengantre untuk mendapatkan air bersih. Air dari sumber Gua Cerme yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer mengalir ke bak penampungan di permukiman mereka tiga hari sekali.

Dari Gua Cerme, air dialirkan melalui pipa ke bak penampungan yang terletak di beberapa RT secara bergantian. Energi yang dipakai memompa air berasal dari tenaga surya, sehingga debit yang mengalir sangat tergantung cuaca. Panel sel surya berfungsi maksimal selama tujuh jam.

Bila cuaca tidak memungkinkan, distribusi terganggu. Pada kemarau seperti sekarang, masalah bertambah dengan debit air yang menurun.

"Warga berusaha memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Saya sendiri berangkat mengambil air pukul 09.00 WIB, setelah itu pulang dan kembali lagi, terus seperti itu sampai nanti sore. Dalam sehari, warga bisa memperoleh 10-20 jeriken air," tutur Purwati (26), warga setempat, Minggu (22/7).

Selain dari Gua Cerme, warga bisa membeli air bersih dari truk tangki. Namun, harganya cukup mahal, Rp 100.000 untuk ukuran 5.000 liter. Adapun air dari bak penampungan harganya Rp 50 per jeriken ukuran 20 liter dan Rp 100 untuk jeriken 30 liter.

Kemarau ini, warga memerlukan sumber energi yang lebih kuat untuk memompa air gua yang menyusut. Mereka pernah mencoba generator mini, tetapi gagal karena tak cukup kuat untuk menaikkan air ke bak penampung pertama di atas bukit.

Antrean untuk memperoleh air bersih di musim kemarau kali ini juga dialami sebagian warga Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Jateng). Untuk kebutuhan itu, mereka harus mengantre sampai tiga jam.

Jumadi, warga Desa Ngadisepi, Kecamatan Gemawang, mengatakan, dia biasa mengambil air mulai pukul 06.00 hingga 09.00 WIB. "Antrean ramai dan aliran air kecil, dalam jangka waktu tiga jam saya baru mendapatkan satu jeriken air," katanya.

Kesulitan air sudah terjadi selama 1,5 bulan terakhir. Jumadi mengatakan, ini merupakan kondisi yang rutin terjadi setiap memasuki kemarau.

"Agar bisa memperoleh air sesuai kebutuhan, saya terus bergantian dengan anak-anak, mengantre di sumber air hingga pukul 19.00," ujar Pariati, warga lainnya.

Antrean air juga terjadi di Desa Kemiriombo, Kecamatan Gemawang. Kepala Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Kabupaten Wilayah II Anwar Wijiyanto mengatakan, Pemerintah Kabupaten Temanggung sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih kepada Pemerintah Provinsi Jateng. Sasaran penerima air bersih yang diusulkan mencapai 4.430 keluarga yang tersebar di 33 desa di 10 kecamatan.

Terjebak kemarau

Di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, petani ladang salah mengantisipasi kemarau. Memperkirakan hujan masih akan turun kemarau ini (kemarau basah), mereka memanen singkong lebih awal. Sisa waktu hendak mereka gunakan untuk menanam jagung dengan harapan hujan masih turun. Kenyataannya, hujan lebat tak lagi mengguyur di sebagian wilayah Sukabumi. Akibatnya, petani batal menanam jagung.

Di sisi lain, petani telanjur memanen singkong yang relatif masih muda usia. Mamat (43), petani di Desa Sindangsari, Kecamatan Jampang Tengah, mengatakan, panen singkong yang lebih awal membuat volume produksi turun. Saat dipanen, singkong baru berusia tujuh bulan. Akibatnya, dari 2.000 meter persegi, hanya diperoleh 3 ton seharga Rp 1 juta. (WER/EGI/AHA)



Post Date : 23 Juli 2007