Air Mengalir Sampai Sombron

Sumber:Pikiran Rakyat - 27 Mei 2009
Kategori:Air Minum

HILANGNYA sumber air di Dusun Sombron merupakan pelajaran berharga bagi masyarakat dusun tersebut. Betapa tidak, penduduk dusun mungil yang terletak di Desa Kelopaka, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ini, harus berjalan puluhan kilometer me-nembus perkebunan karet untuk bisa mendapatkan air bersih.

Bila musim kemarau tiba, air sangat sulit didapat. Akibatnya, warga sulit memaksimalkan lahan pertanian yang mereka miliki. Peternakan, perikanan, maupun pertanian digarap mengikuti irama musim. Hal ini tentu saja berimbas pada menurunnya kualitas taraf hidup mereka sebab bagaimanapun pertanian merupakan sumber penghidupan utama warga dusun.

Namun, ibarat filosofi sebatang lidi yang diikat menjadi sapu, warga Sombron tidak putus asa. Mereka bahu-membahu bekerja keras merealisasikan impiannya untuk dapat memperoleh air bersih dengan cara membangun hydraulic ram pump atau hydram.

Mesin ini dibangun di bawah dusun dengan mencacah jalan baru menembus perkebunan karet. Menurut Kapala Dusun Sombron, Haryanto, saking inginnya warga memperoleh air bersih dengan mudah, mereka rela bekerja siang malam. Membuat jalan, membangun bak penampungan, sampai akhirnya air dapat mengalir ke rumah-rumah.

Air bersih hydram sebenarnya bagian dari Community Water Program (CWP) yang meliputi penjernihan air, pengembangan ternak sapi, pengomposan sistem biogas, dan pertanian sistem organik. Program ini konsep pengerjaannya dibantu Yayasan Nawakamal, sedangkan untuk pendanaan memperoleh bantuan dari Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI).

Corporate Affairs Director Coca Cola Indonesia (CCI), Titi Sadarini saat meresmikan CWP, Sabtu (16/5) mengatakan, CWP merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat CCFI untuk menyejahterakan masyarakat Sombron dengan mengarahkannya pada program berwawasan lingkungan.

Diharapkan, kata Titi, dengan terpenuhinya kebutuhan air bersih, warga bisa lebih sejahtera. "Selain air bersih tercukupi, pertanian dan peternakan pun akan jalan. Masyarakat dapat memperoleh penghasilan lebih dari sekadar menunggu musim tanam yang tidak menentu," ujarnya.

CWP dibangun di bawah lembah Dusun Sombron. Air yang bersumber dari 52 mata air dusun setempat dialirkan melalui saluran lalu masuk ke enam pompa hidran, kemudian diproses sampai akhirnya bisa masuk ke hidrofor. Hidrofor ini, kata Eddy Kamal dari Yayasan Nawakamal, dapat mendorong air sampai 16 bar.

Air ini kemudian dialirkan melalui pipa dengan menjajal lembah, perkebunan karet, sampai akhirnya tiba di bak penampungan beberapa meter dari dusun. "Di bak penampuangan inilah, air diedarkan kepada warga sehingga warga tidak perlu lagi berjalan puluhan kilometer untuk memperoleh air bersih," ujarnya.

"Saya bersyukur karena sekarang air sudah bisa langsung mengalir ke rumah. Kalau dulu, sejak nenek saya, kami harus jalan puluhan kilometer untuk bisa dapat air bersih. Sekarang sih tidak lagi, mudah-mudahan desa kami bisa lebih maju," ujar Ngatinem (55), warga Dusun Sombron.

Awalnya, Ngatinem bersama warga dusun harus naik turun lembah dan melewati perkebunan karet untuk dapat memperoleh air bersih. Tampaknya, sebuah harapan baru mulai menggeliat dari Dusun Sombron yang daya tempuhnya mencapai 3,5 jam dari Yogyakarta ini. (Eriyanti/"PR")



Post Date : 27 Mei 2009