INDONESIA merupakan negara pemilik sumber daya air (SDA) terbesar kelima di dunia. Sayangnya, potensi tersebut tidak termanfaatkan dengan baik dan pengelolaannya pun masih relatif buruk.
Hal tersebut diakui Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto, dalam sambutannya ketika membuka acara Media Gathering Kementerian PU, Jumat (13/5), di Malang, Jawa Timur.
Menurut dia, permasalahan banjir yang akhir-akhir ini sering melanda berbagai kawasan di Indonesia sebetulnya bisa diatasi dengan pengelolaan air sungai dan waduk.
"Jika dikelola dengan baik, bisa dimanfaatkan untuk irigasi, air minum, bahkan sebagai pengendali banjir," ujarnya.
Djoko mencontohkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang memiliki lima waduk dan dikelola oleh Perum Jasa Tirta I, mampu mengairi 120 ribu hektare sawah yang berada di sekitarnya dengan sistem irigasi. Menurut dia, Sungai Brantas yang berada di Provinsi Jawa Timur itu sudah mulai dikelola secara baik mulai tahun 1990an, walaupun belum maksimal. Sungai tersebut mampu menyediakan kapasitas tenaga listrik terpasang hingga 275 megawatt (Mw).
"Di Indonesia baru ada 26 sungai besar yang pengelolaannya sudah mencontoh Sungai Brantas," tuturnya. Adapun sungai yang tergolong besar di Indonesia jumlahnya mencapai ratusan.
Jawa Timur pun berhasil mencapai surplus beras hingga 3 juta ton karena sistem irigasi nya didukung oleh DAS Brantas. Karena itu, kata Djoko, tidak mengherankan jika pertumbuh an ekonomi Jawa Timur lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kesempatan yang sama, Dirjen SDA Kementerian PU Mochammad Amron menyebutkan, Indonesia baru memanfaatkan air baku yang tersedia sebanyak 175.100 meter kubik per tahun. Padahal, total kapasitas air yang bisa digunakan mencapai 691.300 meter kubik per tahun.
"Sebanyak 80% air dimanfaatkan untuk irigasi persawahan, sisanya 15% untuk industri dan rumah tangga sekitar 5%," ungkap Amron.
Dengan demikian, masih ada 512.600 meter kubik per tahun, atau sekitar 74%, yang belum dimanfaatkan. Perlu perbaikan Amron menambahkan, permasalahan SDA Indonesia juga semakin rumit dengan terus meluasnya lahan kritis. Sungai-sungai kini justru membahayakan karena airnya sering meluap hingga mengakibatkan banjir.
Data pada 1992 mencatat lahan kritis di Indonesia seluas 13,1 juta hektare dan kini meningkat hingga 18,5 juta hektare (ha).
"Dari jumlah 5.590 sungai induk yang ada, lebih dari 10% di antaranya sering banjir," kata dia. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mengoptimalkan lahan-lahan yang membutuhkan perbaikan.
Lebih lanjut, ia menegaskan pemerintah berupaya memperkuat jaringan irigasi untuk mencapai target peningkatan produksi padi nasional 7% per tahun. Target itu memerlukan 7,73 juta ha areal sawah yang beririgasi.
"Hingga akhir 2009, total areal sawah yang beririgasi seluas 7,23 juta ha. Dari jumlah itu, 800 ribu ha di antaranya adalah irigasi waduk, sehingga dibutuhkan tambahan 500 ribu ha areal irigasi baru," kata Amron.
Pembangunan baru jaringan irigasi itu masuk rencana strategis Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014.
Amron mengungkapkan sebetulnya terdapat total potensi areal irigasi seluas 594.577 ha yang perlu dinilai kelayakan pembangunannya. Dari luasan itu, yang terbesar terletak di Sulawesi Selatan. BUNGA PERTIWI
Post Date : 17 Mei 2011
|