Berbagai upaya dilakukan warga untuk mendapat air bersih. Seperti yang dilakukan warga Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, mereka menggali cekungan aliran sungai. Warga Desa Kracak, atusan keluarni, setiap sore, musim kemarau Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), pergi ke Sungai Tajum, yang sudah mengering. Mereka menggali lubang di cekungan sungai itu untuk mendapatkan air bersih.
`'Sumur kami memang telah mengering sehingga terpaksa menggali lubang di sungai yang mengering,'' kata Sanah, 47, warga Desa Kracak, Ajibarang, kemarin.
Hal yang sama dilakukan warga Desa Darmakraden, Kecamatan Ajibarang. `'Sebenarnya ada yang sumur yang masih ada air, tetapi tidak mungkin diambil karena airnya keruh,'' kata Wartem, 53, asal Desa Darmakradenan.
Warga terpaksa mengambil air bersih yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal mereka karena sulit menemukan air sumur yang layak dikonsumsi. Kalaupun ada, mereka harus membayar iuran per bulan Rp25 ribu.
`'Karena tidak punya uang, untuk keperluan air bersih sehari-hari, saya memanfaatkan cekungan di Sungai Tajum,'' tambahnya.
Warga Desa Bantarsari, Ke camatan Bobotsari, Purbalingi ga, juga membuat cekungan , di kawasan Sungai Klawing, yang sebagian mulai menge ring.
Selama masa kemarau ini, warga Banyumas ataupun Purbalingga belum memper oleh pasokan air bersih dari pemerintah daerah. Pada hal, mereka mengaku telah l melaporkan kepada RT dan aparat desa supaya ada pasol kan air bersih dari pemerintah kabupaten masing-masing.
Dana ekstra . Sementara itu, warga di se jumlah daerah di Kabupaten Boyolali, Jateng, terpaksa me ngeluarkan dana ekstra Rp120 , ribu per tangki untuk menda patkan air bersih. `'Satu tangki, kalau untuk kebutuhan sendiri, bisa tiga sampai empat hari. Namun, kami di si sini membeli dengan patungan tiga sampai lima keluarga,'' kata Sumirah, 50, warga Desa Lampar, Kecamatan Musuk, Boyolali, kemarin.
Kondisi tidak jauh berbeda juga dialami desa-desa lain di sekitarnya. Di Kecamatan Musuk, terdapat 14 desa lain yang mengalami kondisi serupa, yakni Desa Dragan, Karanganyar, Jemowo, Sumur, Lanjaran, Karangkendal, Keposong, Pagerjurang, Mriyan, Sruni, Sukorejo, Sangup, Sukosari, dan Cluntang.
Di Kabupaten Boyolali juga terdapat sejumlah kecamatan lain yang tergolong rawan dan menjadi langganan krisis air bersih setiap kali musim kemarau tiba, antara lain Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Karanggede, Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi.
Krisis air bersih juga dialami puluhan ribu warga Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.
Sebenarnya, menurut Camat Pracimantoro Slamet Sudibyo, daerahnya sudah memiliki instalasi air bersih dari sumber air Seropan, Gunung Kidul, DIY. Namun, dana APBD untuk operasionalisasi instalasi tersebut belum cair.
Menurut dia, ketika mulai uji coba tahun lalu, Balai Besar Wilayah Bengawan Solo telah membantu melakukan operasionalisasi dengan biaya lebih dari Rp300 juta.
Slamet mengutarakan mengalirkan air Seropan diakui memerlukan biaya besar agar airnya bisa sampai ke delapan desa yang ada di Pracimantoro. (Liliek Darmawan)
Post Date : 27 Juli 2009
|