Air Lindi TPA Masuk Sungai

Sumber:Indopos - 26 Februari 2008
Kategori:Sampah Luar Jakarta

KEDIRI- Pencemaran lingkungan yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Klotok ternyata sudah terjadi bertahun-tahun. Bukan hanya dari baunya. Akan tetapi, juga dari air lindi (air sampah)-nya yang masuk ke sungai.

Menurut Djaman, ketua RW III Lingkungan Jarakan, Kelurahan Pojok, Mojoroto, ini terjadi sejak beberapa tahun lalu. "Padahal sungai itu digunakan untuk mandi dan mencuci warga," ujarnya saat ditemui Radar Kediri di rumahnya kemarin.

Diungkapkan Djaman, sebelum Klotok digunakan untuk TPA, warga di Lingkungan Jarakan biasa mandi di sungai. Namun, setelah air lindinya mencemari, jumlah warga yang mandi di sana berkurang. "Airnya berubah warna menjadi kecokelatan. Terkadang juga berbau kurang sedap," ungkapnya.

Bukan hanya itu. Djaman mengaku sering mendapat laporan dari warganya yang mengeluh sakit. Terutama yang tinggal di RT 13, 14, dan 15. Di antaranya berupa sesak napas, batuk, pusing, muntah-muntah, dan sakit kepala. Dari ketiga RT itu, ada sekitar 50 rumah yang terkena dampak paling parah. Mereka tinggal dalam radius 200 meter dari TPA.

Karena itulah, dia berharap pemerintah segera turun untuk menangani pencemaran tersebut. Sebab, jika dibiarkan, akan semakin membahayakan kesehatan warga. "Beberapa tahun lalu kami pernah demonstrasi. Tetapi tetap tidak ada perubahan," lanjutnya.

Dari pantauan Radar Kediri di Lingkungan Jarakan, banyak rumah warga yang berdekatan dengan TPA. Seperti milik Ngadinah, 72, yang hanya berjarak sekitar 100 meter. Dia tak bisa pindah karena hanya itu rumah satu-satunya. Di sana, Ngadinah tinggal bersama Katinah, 77, kakaknya.

Setiap kali sampah dibalik dengan bulldozer, keduanya mengaku langsung mual-mual dan muntah. "Saya hanya bisa menutup hidung dengan jarik," aku Ngadinah. Itu dilakukannya hingga bau busuk yang menyengat hilang.

Muhid, 44, yang rumahnya berjarak sekitar 150 meter dari TPA, mengaku seringkali sesak napas. Meski demikian, dia tidak ingin TPA yang berada di belakang rumahnya dipindah. Sebab, keluarganya mengandalkan penghidupan dengan menjadi pemulung di sana. "Kalau TPA dipindah, kami kehilangan mata pencaharian," katanya. Dia hanya berharap pemerintah menangani limbahnya agar tidak berdampak.

Dikonfirmasi mengenai air lindi TPA Klotok yang mengalir ke sungai, Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Kota Kediri Rachno Irianto mengaku masih akan mengecek ke lapangan. Sebab, meskipun rutin mengecek sumur pantau TPA, dia belum pernah mendapat laporan tentang hal itu.

Begitu pula saat ditanya tentang hasil uji laboratorium terhadap air lindi tersebut. "Saya belum pernah meminta laporannya. Nanti saya cek dulu," katanya saat ditemui Radar Kediri di lokasi Taman Wisata Selomangleng kemarin.

Soal banyaknya keluhan penyakit yang diderita warga, Rachno berjanji akan segera mencarikan solusi. Antara lain dengan merelokasi warga yang tinggal di dekat TPA. Sebab, idealnya, dalam radius 500 meter dari TPA tidak boleh ada tempat tinggal. Namun, kenyataannya, masih banyak warga yang tinggal di sana. "Kita akan bahas secara intensif untuk mencari solusinya," janji pria yang sebelumnya menjabat sebagai kabag pembangunan pemkot ini.

Selain itu, lanjutnya, DKLH sedang mempelajari teknik pengolahan sampah agar bisa didaur ulang. Dengan teknologi ini, pengurukan sampah tidak lagi diperlukan. Melainkan, bisa diolah menjadi barang yang lebih berguna. (ut/hid)



Post Date : 26 Februari 2008