|
Jakarta, Kompas - Air laut pasang setinggi satu meter menggenangi kawasan Muara Baru, Jakarta Utara, Jumat (21/12). Namun, pola waktunya bergeser dari yang terjadi selama satu setengah bulan sebelumnya. Kali ini air pasang terjadi lebih awal, antara pukul 02.00 dan pukul 11.00. Padahal biasanya pukul 07.30-18.00. Perubahan pola waktu terjadinya air laut pasang ini turut merepotkan warga. "Kami terkejut. Waktu bangun pukul 04.00, saat saya hendak bersiap ke masjid untuk shalat subuh, ternyata air sudah mengepung rumah. Padahal, selama satu setengah bulan sebelumnya tidak seperti itu," kata Ahmad Fauzi, ketua RT di RW 17, Kalibaru, kemarin. Sejak pertama kali terjadi akhir Oktober hingga Kamis lalu, air laut pasang selalu terjadi pukul 07.30-18.00. Air mulai naik ke darat pukul 07.30, dengan terus meninggi hingga titik stabil tertinggi pukul 10.00-14.00. Setelah itu permukaan air menurun hingga kering sekitar pukul 18.00. Namun, kata Fauzi, Jumat kemarin air pasang tiba lebih awal. Berdasarkan keterangan warga lain, air laut pasang mulai masuk ke darat sekitar pukul 02.00, tetapi Fauzi baru menyadari sekitar pukul 04.00. Pada pukul 02.00, bibir air sudah di gerbang Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Muara Baru. Dua jam kemudian air pasang sudah menerobos masuk ke daratan sejauh 300 meter dari gerbang pelabuhan. Air mencapai pasang tertinggi pada pukul 07.30-09.00, lalu perlahan surut mulai pukul 11.00. Banjir akibat air laut pasang juga melanda permukiman Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Asmat Kosasih, nelayan di Kampung Paljaya, Segarajaya, menuturkan, air laut mulai naik sejak Jumat subuh, menggenangi jalan menuju Tempat Pelelangan Ikan Paljaya hingga akhirnya surut lagi menjelang pukul 12.00. Ketua RW 01 Paljaya Soleh juga menuturkan hal serupa. Aparat Kecamatan Tarumajaya dan Desa Segarajaya pun sudah mengimbau warga agar mengungsi jika banjir air laut pasang meninggi di kampung-kampung yang berada di pesisir laut itu. Camat Tarumajaya Effendi mengatakan sudah menyiagakan aparat kecamatan dan desa untuk mengantisipasi ancaman banjir. Posko banjir Sementara itu, hujan deras yang mengguyur hampir seluruh wilayah Jakarta kemarin menyebabkan sebagian kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, kembali terendam banjir. Mewaspadai hujan yang diperkirakan bakal terus turun, posko banjir pun mulai disiagakan di Petamburan. "Warga sudah disiagakan dan diberi tahu tempat pengungsian terdekat jika air makin tinggi merendam rumah kami. Sedikitnya ada dua tempat pengungsian, yaitu masjid di Jalan KS Tubun dekat Gang Petamburan II dan Rumah Sakit Pelni Petamburan," kata Didi Sukardi, warga RW 09 Kelurahan Petamburan, Jumat. Banjir juga masih melanda sejumlah lokasi di Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Kali Angke di belakang Kantor Kelurahan Rawa Buaya masih meluap dan menggenangi RW 03 dan RW 02. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sudah mengingatkan warga Ibu Kota agar waspada menghadapi banjir, tetapi jangan khawatir berlebihan. Kawasan yang memang memiliki sejarah tergenang banjir diprediksi tetap terendam jika curah hujan terus meningkat. Meski demikian, Pemprov DKI Jakarta sudah melakukan beberapa langkah antisipasi. Pemprov akan meninggikan tujuh tanggul, dengan membuat tanggul sementara dari batu kali (beronjong) untuk mengatasi air laut pasang. Ketujuh tanggul itu berada di Muara Karang, Pompa Pluit, Waduk Pluit, Pelabuhan Ikan Muara Baru, Dermaga Muara Baru, Pelindo, dan Luar Batang. Ketinggian tanggul tersebut bervariasi, sesuai dengan kondisi permukaan tanahnya. (CAL/NEL/ONG/COK) Post Date : 22 Desember 2007 |