Air Laut Diolah Atasi Krisis Air

Sumber:Media Indonesia - 10 Mei 2010
Kategori:Air Minum

KRISIS air bersih kerap terjadi di Ja karta. Sudah saat nya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuat terobosan baru untuk mengatasinya. Salah satunya dengan memanfaatkan bahan baku air laut yang diolah menjadi air bersih.

"DKI Jakarta memiliki pantai yang membentang sekitar 32 kilometer dari timur ke barat, kenapa itu tidak dimanfaatkan," kata Wali Kota Jakarta Barat Djoko Ramadhan, akhir pekan lalu.

Djoko memaparkan, saat ia menjabat bupati di Kepulauan Seribu, pihaknya pernah membuat instalasi untuk proses destilasi (penyulingan) air laut menjadi air bersih di Pulau Panggang pada 2006. Setelah instalasi penyulingan air laut dibangun, sekitar 2.500 penduduk di pulau itu dapat mengakses air bersih.

Apabila penyulingan air laut dibangun, penduduk yang tinggal di pinggiran pantai seperti Kamal, Kamal Muara, Penjaringan, dan Kapuk Muara tidak akan kesulitan air bersih. Pembangunan instalasi penyulingan air laut bisa dilakukan dengan kerja sama swas ta, seperti yang pernah dilakukan di Pulau Panggang. ‘’Jadi tidak ada alasan dana yang tinggi untuk membuat destilasi air laut,’’ ujarnya.

Senada dengan Djoko, Ketua Wahana Lingkungan Hi dup (Walhi) DKI Jakarta Ubaidillah mendesak Pemprov DKI Jakarta untuk membangun teknologi yang memanfaatkan air laut menjadi sumber air baku.

Selain itu, Ubaidillah mengusulkan agar perusahaan air minum mencari alternatif sumber air baku selain Waduk Jatiluhur. ‘’Air baku di proyek KBT (Kanal Banjir Timur) amat berpotensi. Asalkan di ja ga kualitasnya dengan men cegah sampah atau limbah masuk ke KBT,’’ jelas Ubaidillah.

Djoko menambahkan, upaya lain yang dapat dilakukan, yakni dengan memperoleh air bersih dari Kabupaten Tangerang. Namun, masih ada kendala karena harus melalui persetujuan Pemerintah Kota Ta ngerang.

Seminggu sudah warga Ja karta kekurangan pasokan air bersih. Kerusakan pada instalasi pengolahan air di Pulo Gadung, menyebabkan sekitar 40% layanan PT Aetra Air Jaya terganggu. Penyebab lainnya adalah pasokan air baku yang turun.

Kekurangan air baku sudah terjadi sejak Januari hingga Mei 2010, dan yang terparah terjadi pada April dan Mei. Belum teratasi Hingga kemarin, krisis air bersih masih terjadi di wilayah Jakarta. Berdasarkan pe mantauan Media Indonesia, krisis air bersih masih terjadi di wilayah permukiman padat penduduk di Jl Bendi Besar, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Air di Jl Bendi Besar sempat mengalir Sabtu (8/6) pukul 21.30 WIB, tapi Minggu (9/5) pagi, air kembali mati. Kesulitan air bersih juga masih melanda wilayah Jakarta Utara, terutama di Koja, Tanjung Priok, Semper Barat, Marunda, Pademangan, dan Kelapa Gading. Janji Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo bahwa suplai air kembali normal pada Sabtu malam, belum terpenuhi. ‘’Saya lihat di televisi Foke bilang Sabtu (8/5) malam air sudah mengalir total. Buktinya belum normal, airnya masih tersendat,’’ ujar Marwah, 28, warga RT10/02, Semper Barat, Jakarta Utara.

Corporate Communication Manager PT Aetra Air Jakarta Margie Tumbelaka mengakui aliran air yang dijalankan perusahaannya belum kembali normal seperti sedia kala.

“Saat ini kami mengalirkan air 3.000 liter per detik, normalnya aliran air 4.000 liter per detik,” ungkap Margie. Belum normalnya aliran air karena masih ada pompa yang belum diperbaiki. Aetra Air Jakarta berjanji suplai air kembali normal tadi malam.

Di sisi lain, Dirut PDAM Jaya Mauritz Napitupulu menyatakan suplai air bersih akan kembali berjalan normal pada sore ini. “Aliran air di wilayah Jakar ta akan kembali normal pada Senin (10/5) sore karena menunggu perbaikan pompa di Pulo Gadung.” Ia mengatakan, air di Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan sebagian Jakarta Pusat sudah mengalir normal kemarin.

Debit air yang dialirkan ke wilayah-wilayah itu pun kembali seperti semula, yakni 5.100 liter per detik. Mauritz mengatakan jika ada wilayah yang belum normal, dia mengimbau agar masyarakat melapor ke operator masing-masing, yakni Palyja atau Aetra. (Bay/Faw/*/E-6)



Post Date : 10 Mei 2010