BOGOR - Air laut dalam (ALD) ternyata dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum setelah melalui proses desalinasi (pemisahan garam dari air). Bahkan air laut dalam lebih kaya nutrisi dan mineral, terutama air laut yang dipengaruhi pergerakan laut Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
"Kandungan mineralnya setelah diolah dengan baik untuk suplai air minum sangat bermanfaat terhadap kelangsungan dan kesehatan tubuh manusia," kata Profesor Bonar Pasaribu, peneliti Departemen Ilmu dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Bonar menyatakan penyediaan air mineral laut dalam sangat strategis untuk mengantisipasi krisis air bersih di masa mendatang. Sekitar 40 persen wilayah perairan Indonesia adalah ALD, dengan kedalaman 200-600 meter.
"Pemanfaatan ALD setelah proses desalinasi memberi hasil sampingan, berupa garam kualitas tinggi," ujarnya dalam acara Coffee Morning bertema "Air Laut Dalam Solusi Alternatif Krisis Air Minum" di kampus IPB Baranangsiang Bogor, Kamis pekan lalu.
Peneliti ALD sejak 2009 itu menambahkan, air laut dalam yang berpotensi sebagai air minum disedot dari kedalaman lebih dari 300 meter, di bawah lapisan termoklin dan eufotik. Suhu air pada kedalaman tersebut berkisar 10 derajat Celsius. Airnya bersih, stabil, kaya nutrien, dan mineral.
"Kondisi ALD berbeda dengan air laut permukaan yang dipengaruhi fotosintesis, pencemaran, suspensi sedimen, dan algal bloom," ujar Bonar. "Jadi, ALD layak untuk sumber air minum."
Potensi berlimpah sumber air laut dalam ini sudah dimanfaatkan sejumlah negara besar sejak 20 tahun silam, seperti di Jepang dan Hawaii. Sedangkan di Korea Selatan, Taiwan, dan India sudah dikembangkan sejak 5 tahun lalu.
"Di Indonesia, kami sudah menginvestasikan dana Rp 5 miliar untuk pengembangan pabrik ALD di Bali. Kapasitas produksi per hari sebanyak 3 juta ton," kata Bonar.
Air laut dalam itu dikemas dalam botol berukuran 500 mililiter dan diberi nama Oceanic. ARIHTA U SURBAKTI
Post Date : 10 Oktober 2011
|