Air Kotor Diolah IPAL

Sumber:Kompas - 06 Januari 2008
Kategori:Air Minum
Untuk melindungi ketersediaan air tanah, air di permukaan tanah perlu diresapkan kembali melalui sumur resapan atau biopori. Namun, tidak semua air di permukaan bisa dikembalikan ke dalam tanah.

Agar air tanah tidak tercemar, air yang diresapkan ke dalam tanah harus berupa air bersih. Yang dimaksud air bersih ini adalah air hujan yang jatuh dari cucuran atap atau dari selokan-selokan yang tidak bercampur dengan air kamar mandi (blackwater).

"Air dari kegiatan mandi, cuci, dan kakus harus diolah lebih dulu dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebelum masuk resapan air," kata Budirama Natakusumah, Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta.

Dibandingkan dengan sumur resapan, menurut Budirama, biopori memiliki kelebihan, antara lain, biayanya lebih murah, pembuatannya mudah, bisa dibuat di lahan yang sempit, dapat dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah organik, dan lebih efektif menyerap air karena tidak mengenal jenuh.

Daniel Abbas, Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan BPLHD DKI Jakarta, mengatakan, sumur resapan bisa penuh karena air yang tertampung tidak meresap ke samping.

Dinding pada sumur resapan terbuat dari beton, sedangkan lapisan tanah hanya ada di bagian dasar sumur resapan. Ini berbeda dengan biopori yang semua lubangnya berupa tanah. Menurut Daniel, prinsip sumur resapan adalah meresapkan air ke arah vertikal, sedangkan biopori meresapkan air ke segala arah.

Biaya murah

BPLHD DKI Jakarta tengah mengampanyekan pembuatan biopori ke segenap lapisan masyarakat. Tahun ini BPLHD DKI menargetkan 1 juta lubang biopori di Jakarta. "Sebagai ujung tombak pelaksanaan, kita akan mengajak mahasiswa," kata Budirama.

Budirama yakin biopori dapat dilaksanakan karena biayanya murah. Untuk membuat lubang resapan biopori, masyarakat hanya membutuhkan alat bor tanah yang bisa dibuat di pandai besi. Bahan dan ongkos pembuatannya hanya Rp 150.000-Rp 200.000. Alat bor ini juga bisa diperoleh di Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Apabila satu lubang dapat dibuat dalam waktu delapan menit, setiap rumah tangga bisa menyelesaikan 30 lubang dalam waktu 240 menit (4 jam) atau setengah hari kerja. Ongkos setengah hari kerja Rp 20.000-Rp 25.000. Berarti satu rumah tangga hanya mengeluarkan ongkos tak lebih dari Rp 225.000.

Biaya yang ditanggung bisa lebih murah lagi bila satu bor tanah dimiliki bersama-sama. "Satu wilayah RT bisa saja memiliki satu bor dan memakainya bergantian sambil kerja bakti pada akhir pekan," tutur Budirama. (IND)



Post Date : 06 Januari 2008