|
SEMARANG - Memasuki musim kemarau persediaan air di sejumlah waduk di Jateng mulai menyusut. Dari 38 waduk, 25 di antaranya tidak sesuai dengan perencanaan. Waduk Kedungombo merupakan salah satu waduk terbesar yang volume airnya tidak sesuai dengan rencana. Berdasarkan survei Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng pada 17 Mei lalu, persediaan air Waduk Kedungombo 449.930.000 m3, jauh lebih kecil dibanding dengan perkiraan PSDA. Sebelumnya, PSDA memperkirakan pada pertengahan Mei air waduk mencapai 658.738.000 m3. ''Padahal PSDA sudah melakukan hujan buatan dua kali, namun pertambahan volume hanya 83.000.000 m3. Sampai sekarang persediaan air di waduk itu belum sesuai dengan rencana,'' kata Kepala Dinas PSDA Ir M Nidhom Azhari Dipl H, kemarin. Nidhom mengungkapkan, PSDA bersama Departemen Pekerjaan Umum (DPU) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuat hujan buatan pada 26 Maret dan 19 April lalu. Perlu diketahui, penambahan air di Waduk Wonogiri mencapai 163.000.000 m3, sedangkan Waduk Kedungombo hanya 38.000.000 m3. Namun demikian, kendati persediaan air masih kurang, menurut Nidhom, hujan buatan untuk sekarang sudah tidak mungkin dilakukan lagi. Sebab menurut perkiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), pada Mei-Juni sudah tidak ada lagi potensi awan yang dapat dijadikan sumber hujan buatan. Lebih lanjut Nidhom mengatakan, hujan buatan itu didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jateng Rp 800 juta dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) Pusat sebesar Rp 1,7 miliar. Selain Kedungombo, waduk lain yang menyusut adalah Waduk Krisak, Parangjoho, Ngancar, Lalung, Delingan, Klego, Jombor dan Molor. Adapun volume Waduk Sempor, Cacaban, dan Wadaslintang justru masih melebihi perkiraan PSDA. Tanam Palawija Untuk mengantisipasi agar tanaman tidak puso, Nidhom mengimbau petani untuk menanam palawija. Berbeda dari padi, tanaman palawija tidak membutuhkan banyak air. Sejumlah daerah di Jateng bagian timur dan tengah, kata Nidhom, mengandalkan pasokan air dari Waduk Kedongombo. Sebagian air baku untuk air minum warga Kota Semarang, Demak, Pati, Kudus, Jepara, dan irigasi daerah Grobogan juga mengandalkan aliran dari Waduk Kedungombo. Karena volume air waduk itu belum normal, penduduk diminta untuk hemat air. ''Bedasarkan peta BMG, Jateng bagian timur meliputi Wonogiri, Sragen, Blora, Rembang memasuki musim kemarau lebih cepat. Curah hujan itu juga lebih kecil,'' kata Nidhom. Sementara itu wilayah Jateng bagian timur dan barat cenderung normal, bahkan memasuki musim kemarau lebih lambat. Curah hujan juga lebih tinggi dibanding dengan daerah Jateng bagian timur. (H5-29n) Post Date : 11 Juni 2005 |