|
WONOSOBO-Persentase kehilangan air PDAM Wonosobo masih cukup tinggi. Tercatat tahun 2007 lalu mencapai 46 persen. Angka tersebut menurun 4 persen bila dibanding tahun 2005 yang sebesar 50 persen. PDAM Wonosobo berupaya menekan angka kehilangan itu sampai 40 persen pada tahun ini. Sementara persentase yang masih dalam batas kewajaran sebesar 20 persen. "Kami tengah giat berupaya menurunkan angka kehilangan air. Kami sudah memberi pengarahan pada para kepala cabang perwakilan PDAM untuk menekan persentasenya. Karena ini sangat merugikan PDAM sendiri. Seharusnya air dapat dimanfaatkan, justru hilang," papar Ketua Dewan Pengawas PDAM Wonosobo, Kastono kepada wartawan kemarin (6/5). Penyebab kehilangan air kata dia antara lain adanya kebocoran jaringan pipa PDAM yang memang usianya sudah sangat tua. Pasalnya pipa sepanjang ribuan kilometer tersebut merupakan peninggalan zaman Belanda. Sambungan antarpipa yang tidak rapat juga disinyalir salah satu penyebabnya. Kemungkinan lain pencatat meter yang kurang akurat. Upaya yang dilakukan, kata Kastono, didampingi anggota Dewan Pengawas lain dan jajaran PDAM, dengan mengecek sumber-sumber produksi air dan meningkatkan dedikasi para pencatat meteran air agar lebih akurat. Demikian juga pihaknya telah memerintahkan untuk mengecek sumber-sumber mata air. Bila kehilangan air tersebut dapat ditekan, harapannya para pelanggan akan terlayani lebih baik lagi. Pasalnya jumlah pelanggan terus meningkat tiap tahun. Di wilayah Kota Wonosobo jumlahnya mencapai 16.060 sambungan rumah. Sementara jumlah keseluruhan se-Kabupaten Wonosobo 51.278. Di wilayah pedesaan baru 30 persen yang dilayani. Disebutkan Humas PDAM, Hasan, tahun 2006 lalu kerusakan jaringan mencapai 8013 kasus, sedangkan tahun 2007 sebanyak 9113 kasus. Dipastikan bertambah tahun jumlah kasus akan meningkat seiring bertambahnya umur pipa. Ditambahkan Kastono, saat ini PDAM mengalami 3 permasalahan yang krusial. Yakni tentang hutang, kehilangan air dan tarif. Dibandingkan daerah-daerah lain di Jateng, tarif PDAM Wonosobo paling murah. Padahal bila perusahaan tersebut profit oriented, seharusnya tarif yang diberlakukan Rp 1800, saat ini PDAM hanya mematok tarif dasar Rp 475. "PDAM sini, tidak semata-mata mencari keuntungan, tapi juga bersifat sosial,"tegasnya. Di daerah lain yang tidak mengolah air seperti halnya Wonosobo, kata Hasan, berani memberlakukan tarif yang agak tinggi. Dicontohkan Kota Magelang per Januari 2004 tarif airnya Rp 750 per meter kubik, Temanggung Rp 710 mulai Juli 2002, Banyumas sejak 2001 suah memberlakukan tarif sebesar Rp 600. (lis) Post Date : 07 Mei 2008 |