|
KEDIRI -- Air bersih bantuan Bank Dunia diperjualbelikan. Satu truk tangki air bersih yang diolah dalam proyek Water Supply and Sanitation for Low Income Communities di Desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, dijual Rp 65-70 ribu. Salah seorang warga, Sulastri, mengaku saban hari kedatangan truk tangki yang membawa air bersih. "Air itu juga dijual ke desa lain. Persoalannya, di kampung kami belum tersedia pipa jaringan air bersih. Padahal warga Babadan sudah menyerahkan Rp 30 ribu untuk membeli pipa air," ungkap Sulastri kemarin. Menurut Sulastri, berbelanja air bersih ada yang dalam kemasan drum. Empat drum bisa digunakan selama 15 hari. Itu bagi yang mampu. Sedangkan bagi yang kurang mampu, terpaksa mereka berjalan kaki naik lereng Gunung Kelud yang berjarak 10 kilometer. Kamdi, warga Babadan, menambahkan sumber air lereng pegunungan saban subuh dipenuhi warga. Antrean terjadi selama berjam-jam karena warga yang mencari air berasal dari lima dusun di Desa Babadan, yaitu Babadan, Judek, Padu, Tegalrejo, dan Sanding. Mereka membawa beberapa jeriken isi 20 liter. Musim kemarau telah berdampak pada keringnya sumur warga. Warga Babadan bingung mencari air bersih untuk memasak, mandi, dan mencuci. Proyek air bersih bantuan Bank Dunia menjadi harapan sebagian besar warga Babadan. Manajer proyek Water Supply and Sanitation for Low Income Communities Wilayah Kabupaten Kediri, Joni Arifin, mengatakan tidak ada aturan yang memperbolehkan bantuan air bersih diperdagangkan. Proyek air bersih ini dibangun pada 2000. Air diperuntukkan bagi warga Dusun Babadan dan Dusun Tegalrejo secara cuma-cuma. "Memang telah terjadi jual-beli air bantuan. Tapi itu tidak dilakukan pihak kami. Itu dilakukan oknum warga yang memanfaatkan situasi. Kami sudah mengawasi air itu agar dipergunakan oleh penduduk secara gratis," ujar Joni Arifin. Sementara itu, kekeringan juga melanda sejumlah embung, bendungan kecil, di Kabupaten Bojonegoro. Persawahan di 27 kecamatan terancam kekurangan air. Stok air yang bisa diharapkan hanya Bendungan Pacal, Temayang. "Itu pun airnya sudah menyusut," kata Tedjo Sukmono, Kepala Subdinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Bojonegoro. Adapun tiga waduk utama di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, yang menjadi andalan ribuan hektare lahan pertanian di daerah itu kini airnya mulai menyusut. Ketiga waduk itu adalah Waduk Botok, Gebyar, dan Kembangan. Menurut Kepala Seksi Pembangunan dan Pengelolaan Waduk Dinas Pekerjaan Umum Sragen Achmad Kosim, kini tinggal Waduk Ketro yang persediaan airnya paling banyak. Waduk yang terletak di Kecamatan Tanon itu diperkirakan masih memiliki debit air sekitar 1 juta meter kubik. DWIJO U MAKSUM | SUJATMIKO | IMRON ROSYID Post Date : 20 Juli 2006 |