|
JAKARTA (Media): Wabah diare di Jakarta Utara selama sepekan terakhir mungkin disebabkan air yang dikonsumsi warga tercemar. Air itu bisa berasal dari PT Thames PAM Jaya (TPJ), air kemasan isi ulang, atau air sumur. Kepala Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM) DKI Jakarta Achmad Lanti, kemarin, mengatakan air TPJ sempat mati beberapa hari sehingga ada endapan lumpur. Endapan lumpur itu kemudian terbawa saat air mengalir lagi. ''Tapi apakah hal itu yang menyebabkan diare, ya perlu dipertanyakan lagi," katanya kepada wartawan. Lanti juga mengatakan ada kemungkinan lain penyebab diare. "Bisa saja ada air kali kotor yang pasang dan masuk ke sumur dan air tanah," ujarnya. Di sisi lain, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menduga salah satu penyebabnya adalah penggunaan air minum isi ulang yang tercemar. "Kami menduga tingginya angka diare ini karena kelangkaan air bersih, karena pasokan yang sempat tersendat di kawasan Jakut beberapa waktu lalu," kata Wakil Kepala Dinkes DKI Jakarta Salimar Salim seusai rapat membahas diare dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto di Balai Kota, kemarin. Akibat langkanya air bersih itu, lanjut dia, warga menggunakan sumber air lain yang tercemar. "Seperti air minum isi ulang atau air sumur." Untuk memastikan dugaan itu, Dinkes DKI Jakarta sudah mengambil sampel air minum isi ulang dan air tanah dari beberapa kawasan di Jakut. "Sampelnya sudah masuk laboratorium dan sedang dianalisis." Ia menegaskan Pemprov DKI akan mencabut izin pengolah air minum isi ulang bila dari hasil analisis laboratorium membuktikan air itu tercemar. Dihubungi secara terpisah, Direktur Hubungan Eksternal dan Komunikasi TPJ Ramses Simanjuntak mengatakan kemungkinan air TPJ tercemar sangat kecil. Apalagi endapan yang ada di dalam pipa selama air tidak mengalir bukan racun. Secara logika pelanggan tidak akan menggunakan air yang keluar dari keran yang terlihat keruh. "Saat pelanggan membuka keran lalu keluar air bercampur endapan dan warnanya keruh, tidak mungkin air itu langsung diminum.'' Menurut Ramses, air yang diproduksi PT TPJ yang disalurkan melalui pipa kepada pelanggan sudah melalui uji laboratorium untuk kualitasnya setiap jam. TPJ juga melakukan uji kualitas di titik-titik tertentu pelanggan air untuk menjamin kualitas air disalurkan sampai ke keran pelanggan masih terpelihara kualitasnya. Sementara itu, hingga kemarin tercatat 113 pasien diare yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakut. Dari jumlah itu, 105 di antaranya pasien anak-anak. Enam di antaranya meninggal dunia. Angka itu meningkat jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya. "Kemarin (Minggu, 25/11) tercatat 92 pasien," kata Salimar. Di RSUD Tarakan, Jakpus, juga tercatat peningkatan kasus diare. Kemarin, tercatat 36 pasien diare yang dirawat, 24 di antaranya anak-anak. "Kemarin (Minggu, 25/11), pasien baru yang masuk delapan orang. Hari ini (kemarin) sampai tadi pagi ada dua pasien tambahan," kata Kepala Bidang Perawatan RSUD Tarakan Zuraidah. Menurut dia, RSUD Tarakan mempersiapkan 219 tempat tidur untuk merawat pasien diare. Selain itu, RSUD Tarakan pun memiliki 100 tempat tidur cadangan. Zuraida menambahkan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pun siap meminjamkan 200 tempat tidur tambahan untuk merawat pasien. Berdasarkan pemantauan Media Indonesia, wabah diare di Jakut terjadi di Kelurahan Lagoa, Tanjung Priok, Semper, dan Rawa Badak. Untuk mengurangi beban derita warga, Pemerintah Kota Madya Jakut membebaskan pasien diare yang dirawat di kelas tiga dari biaya perawatan. ''Langsung dibawa saja, nanti pihak rumah sakit yang mengklaim ke pemerintah,'' kata Pelaksana Harian Wali Kota Jakarta Utara (Jakut) Syafruddin Putra.(BT/Ssr/Dvd/Mhk/Che/Sur/GG/J-2) Post Date : 27 November 2007 |