BAGI tubuh, air merupakan salah satu zat gizi makro yang sangat penting. Air berfungsi sebagai sumber asupan mineral, mengatur suhu tubuh, pembentuk cairan darah, pembentuk sel, dan melancarkan pencernaan.
Untuk mengingatkan pentingnya peran air bagi kesehatan, pada peringatan Hari Air Sedunia tahun ini Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan tema Air bersih untuk dunia yang sehat. Hari Air sedunia diperingati tiap 22 Maret.
“ Setiap hari, rata-rata manusia memerlukan asupan air sebanyak dua liter,“ jelas Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof Dr Ir Hardinsyah di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Melalui sebuah riset yang dilakukan Hardinsyah bersama timnya, diketahui bahwa kekurangan 1%-2% air saja bisa menyebabkan gangguan fungsi otak seperti, kurangnya konsentrasi dan kemampuan berpikir. Di atas 2%, tubuh bisa mengalami sakit kepala, letih, lemah, gangguan pergerakan otot, hingga kematian.
Kurang minum air juga dapat mengakibatkan sejumlah penyakit, antara lain gangguan ginjal dan infeksi saluran kemih. Perempuan paling rentan terkena infeksi itu, karena saluran kemih perempuan lebih pendek dari laki-laki.
“Semakin pendek saluran kemih, semakin mudah pula bakteri masuk dan menempel pada daerah tersebut,“ kata Hardinsyah.
Sehingga, lanjut Hardinsyah, kalau rata-rata konsumsi air yang disarankan adalah 2 liter sehari, perempuan harus minum lebih banyak dari itu. Banyak minum air akan membantu bakteri keluar dari saluran kemih dan mengurangi risiko infeksi.
Penggunaan air untuk mandi, cuci, kaku (MCK) juga penting diperhatikan. Seseorang bisa terkena penyakit kulit, diare, keracunan, dan meninggal akibat penggunaan air tercemar. Riset WHO pada 2006 menunjukkan dalam satu dekade terakhir, rata-rata 50.000 orang meninggal per hari karena penyakit yang berkaitan dengan air tak bersih.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 907 Tahun 2002 mengenai Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, kualitas air minum yang baik harus sesuai dengan parameterparameter yang telah ditetapkan. Meliputi, parameter mikrobiologi, parameter kimia anorganik, parameter fisik, dan parameter kimiawi.
Saat ini, menurut Hardinsyah, sebagian air yang ada di masyarakat sudah memenuhi standar. Jika masih ada daerah yang masyarakatnya banyak terserang diare, itu berarti kualitas air di daerah tersebut tidak baik.
Untuk mengendalikan pencemaran air, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. PP tersebut menjelaskan bahwa pengendalian pencemaran air di daerah dilakukan Gubernur.
“Agar tidak terjadi pencemaran air, pengawasan harus ditegakkan. Gubernur akan melakukan inspeksi, kemudian mengukur kualitas air, dan menjaga pencemaran air limbah,“ lanjut Hardinsyah.
Semakin langka Sejak terjadi revolusi industri di Inggris pada abad ke-14, jumlah penduduk dunia melonjak pesat. Kini jumlah penduduk dunia mencapai lebih dari 6 miliar. Mereka semua memerlukan air bersih.
“Padahal jumlah air yang terdapat di bumi tidak bertambah,“ ungkap Ahli hidrogeologi dari Universitas Pembangunan (UPN) Veteran Yogyakarta, Prof Bahagiarti Kusumayudha.
Bahagiarti memaparkan, dulu air bersih mudah didapatkan dari genangan-genangan dan aliran-aliran di permukaan, seperti danau dan sungai. Ketika itu air sungai yang jernih tidaklah sulit dijumpai. Tapi kini, itu semakin langka karena banyak industri mencemari air permukaan.
Hanya 400 dari sekitar 4.000 industri di Jakarta yang mengelola limbah mereka. Tidak ada sistem sanitasi di Jakarta sehingga air limbah seluruhnya dibuang ke sungai.
Hasil pemantauan terhadap 48 sumur di Jakarta pada 2004 menunjukkan hampir sebagian besar sumur yang dipantau telah mengandung bakteri coliform dan fecal coli penyebab diare. Persentase sumur yang telah melebihi baku mutu untuk parameter coliform di seluruh Jakarta cukup tinggi, yaitu mencapai 63% pada Juni dan 67% pada Oktober 2004.
Kini, andalan air minum bagi manusia adalah mata air yang terdapat jauh di dalam tanah, yang tidak terkontaminasi pencemaran. Fardiansah Noor
Post Date : 18 Maret 2010
|