|
Banyak penduduk negeri ini di sejumlah wilayah mengalami persoalan air bersih. BNI hadir memberikan bantuan. Bumi makin panas. Suhu permukaan bumi dilaporkan terus merangkak naik beberapa dekade terakhir.Pemanasan global ini terjadi akibat aktivitas manusia dengan segala teknologinya. Pembakaran bahan bakar fosil sebagian besar untuk industri dan transportasi telah menumpuk gas gas rumah kaca, terutama karbondioksida di atmosfer. Akibatnya, panas yang dipancarkan sinar matahari yang dipantulkan bumi tertahan di permukaan bumi. Pemanasan global telah menyebabkan naiknya air laut akibat mencairnya gunung es di kedua kutub. Siklus musim pun makin tidak teratur. Musim hujan sering terlambat datang mengakibatkan terjadinya kemarau panjang. Tanah mengering menyebabkan tanaman layu dan mati. Penduduk di beberapa wilayah kesulitan air bersih. Ketika musim hujan datang, curahnya kadang kelewat besar. Lingkungan yang sudah rusak menyebabkan air menggelontor begitu saja dari hulu, mengakibatkan banjir bandang di hilir. Sedikit saja air hujan yang terserap tanah dan tertahan di akar tanaman. Sebab, vegetasi dan pepohonan sudah banyak yang tumbang ditebang. Ancaman krisis air makin menghantui. Tanah tak memberi lagi banyak harapan. Sebab, tata air tanah telah dikacaukan oleh perusakan lingkungan dan perubahan iklim yang ekstrem. Penduduk dunia terancam kekurangan air bersih dalam beberapa dasawarsa ke depan. Ketika temperatur udara. kian menyengat, ekosistem rusak, air bersih sebagai penghalau dahaga pun makin sulit didapat. AIR BERSIH UNTUK KESEHATAN Di beberapa wilayah Indonesia, air bersih sudah menjadi masalah besar. Ada yang tanahnya kerontang sama sekali karena jauh dari sumber air, ada juga yang air tanahnya sudah tak layak minum karena tercemar limbah, seperti di kota-kota besar. Di beberapa daerah, air tanah tak layak minum karena kondisi tanahnya yang terlalu asam atau malah terlalu basa karena berkapur. Sejak beberapa tahun terakhir, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, sudah mengupayakan bantuan sarana pengolah air bersih di sejumlah daerah. upaya ini merupakan bagian program Bina Lingkungan BNI . Maret lalu, misalnya BNI memberikan bantuan dua unit mesin pengolahan air gambut menjadi air bersih kepada masyarakat Desa Lempake dan Bengkuring, Samarinda, Kalimantan Timur. Mesin canggih yang merupakan hasil karya para peneliti anak negeri ini mampu menghasilkan air bersih sebanyak 10 liter per detik atau 36.000 liter perjam. Menurut Direktur Utama BNI, Sigit Pramono, Desa Lempake clan Bengkuring dipilih untuk menerima bantuan mesin pengolah air karena daerah berbukit dan berawa ini merupakan wilayah yang airnya memiliki tingkat keasaman tinggi dan tidak layak dikonsumsi. Bantuan itu diharapkan dapat membantu penyediaan air bersih yang merupakan kebutuhan sangat penting bagi 29.000 jiwa penduduk Desa Lempake dan Bengkuring. "Dengan bantuan mesin ini, para warga Desa Lempake dan Bengkuring, tak perlu lagi mencari air bersih ke luar desa, atau berharap dari kiriman tangki," kata Sigit. Menurut Sigit Pramono, pemberian bantuan mesin pengolahan air bersih itu merupakan salah satu progran CSR di bidang sarana dan prasarana umum. Bantuan serupa pernah diberikan kepada Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, akhir tahun 2005. Bantuan yang diserahkan kepada masyarakat Gunungkidul itu berupa bak penampungan air bersih berkapasitas 15.000 liter di 120 lokasi dan enam unit mobil tangki air bersih berkapasitas 5.000 liter. Seluruh fasilitas itu dioperasikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul, dan telah menolong masyarakat Gunungkidul yang mengalami kesulitan air bersih. Secara simbolis, bantuan diserahterimakan dari Direktur Utama BNI, Sigit Pramono, kepada Bupati Gunungkidul, Suharto, pada pertengahan Desember 2005. Pengoperasiannya sendiri diresmikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. "Secara geografis, Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah yang setiap, tahun mengalami kesulitan air bersih. Kami berharap, bantuan kami membantu Pemda dalam melakukan distribusi air bersih kepada warga masyarakat guna menunjang kegiatan sehari hari," kata Sigit Pramono. MAKIN DEKAT DENGAN RAKYAT Selain untuk masyarakat Samarinda dan GunungKidul, bantuan fasilitas pengolah air bersih juga diberikan kepada masyarakat desa di wilayah Pacitan (Jawa Timur), Bogor (Jawa Barat), dan Jakarta. Kepada masyarakat Desa Tangkil, Kecamatan Caringin, Bogor, misalnya, BNI menyerahkan bantuan sarana air bersih dan kamar mandi umum. Sedangkan di Kalimalang, Jakarta Timur, BNI membangun empat unit MCK (tempat mandi, cuci, dan kakus), dan tiga unit sarana air bersih yang diberikan kepada masyarakat pemulung. Menurut Sigit Pramono, seluruh biaya untuk bantuan itu diambil dari Anggaran Dana Bina Lingkungan (DBL) BNI "Dana Bina Lingkungan disisihkan dari laba bersih BNI tiap tahun," Sigit menjelaskan. Dalam melaksanakan program CSR, BNI memiliki lima bidang kegiatan, yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang pengembangan sarana dan prasarana umum, bidang keagamaan, dan bidang bantuan bencana alam. Untuk bidang pendidikan, bantuan vang diberikan, antara lain, beasiswa, renovasi gedung sekolah, sarana pendidikan, pelatihan kelompok tani, taman bacaan, dukungan pada olimpiade sains dan sarana pusat informasi Pojok BNI di perguruan tinggi. Di bidang kesehatan, di antaranya pendirian puluhan klinik murah, klinik rehabilitasi narkoba, pengobatan gratis, dan lain lain. Di bidang keagamaan, antara lain, berupa bantuan renovasi sarana ibadah dan perayaan hari raya keagamaan. Dalam bidang bantuan bencana alam, BNI memberikan sumbangan langsung melalui posko logistik dan klinik kesehatan, atau melalui pemerintah daerah dan yayasan. Menurut Sigit Pramono, semua pemberian BNI dimaksudkan untuk makin mendekatkan BNI dengan seluruh rakyat negeri ini. BNI ingin memecahkan berbagai masalah bersama rakyat, termasuk dalam mengatasi pelbagai persoalan lingkungan global yang muncul belakangan ini. E SUKENDAR Post Date : 22 November 2007 |