|
BLORA - Masih belum lancarnya pasokan air bersih PDAM kepada sejumlah pelanggan di Kota Blora menjadi berkah bagi pedagang air. Mereka hingga kini tetap bisa menjual air bersih. Itu terjadi karena sebagian pelanggan PDAM tidak mempunyai sumur. Akibatnya, mau tidak mau para pelanggan itu harus membeli air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hanya, menurut Tarmijan (50), tukang becak yang biasa menjual air bersih, jumlah pengiriman air ke rumah warga menurun dibandingkan dengan saat musim kemarau. Jika sebelumnya setiap hari dia melayani 10-15 permintaan pengiriman air, kali ini turun menjadi hanya 5-7 kali sehari. Harga Turun Selain order turun, harga jual air juga ikut turun. Menurut Tarmijan, untuk sekali pengiriman air dengan menggunakan becak yang berisi enam jerigen (satu jerigen 30 liter) dihargai Rp 6.000. Padahal, saat musim kemarau Rp 10.000. Riyoso (45), tukang becak yang juga masih menjual air mengemukakan, hampir setiap hari mengirimkan air bersih ke rumah pelanggannya. Dia mengungkapkan, pelanggan itu antara lain berdomisi di Kelurahan Jetis, Kauman, Mlangsen, dan Tempelan. ”Rumahnya dekat-dekat saja. Paling jauh jaraknya sekitar empat kilometer dari sumur Kunting, tempat para tukang becak mendapatkan air bersih,” tandasnya didampingi rekan sesama tukang becak, Kholid. Menurut Riyoso, pasokan air baru berhenti jika para pelanggannya itu tak lagi memerintahkannya mengambil air. ”Mereka langganan saya sejak musim kemarau tiba,” ujarnya. Yati (40), warga Jetis, menyatakan terpaksa membeli air bersih dari para tukang becak. Meski air PDAM sudah mengalir, tidak lancar setiap hari. Padahal, air bersih dibutuhkan setiap hari. ”Kalau airnya kurang, saya baru beli,” ujarnya. PDAM sebelumnya menggilir pasokan air bersih ke sejumlah pelanggan sejak musim kemarau hingga saat ini. Belum terisinya air di Waduk Tempuran setelah pengerukan sedimentasi menjadikan kebutuhan air baku tidak terpenuhi seluruhnya. Selain dari Waduk Tempuran, PDAM mendapatkan air baku dari Sumber Air Kajar dan Ngampel. Hanya air yang dihasilkan dari kedua sumber itu belum sebanding dengan kebutuhan air baku PDAM. Air dari Waduk Tempuran selama ini menjadi sumber utama air baku PDAM. ”Penggiliran pasokan air untuk wilayah barat dan timur,” ujar Direktur Utama PDAM Blora Eko Budi Risetiawan. Dia mengungkapkan, rekening pemakaian air tidak lagi diterbitkan kepada para pelanggan yang sama sekali tidak mendapatkan pasokan air bersih. Jumlahnya sekitar 1.000 pelanggan. Rekening akan diterbitkan setelah air mengalir ke rumah pelanggan. (H18-69) Post Date : 08 November 2008 |