KRISIS air akibat ke keringan kini telah merambat ke banyak daerah. Debit air di waduk-waduk pun mulai menyusut. Waduk Sempor yang menjadi andalan pertanian di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menyusut cukup drastis.
Air waduk yang selama ini mengairi 6.478 hektare lahan pertanian di Kebumen itu kini menyusut sampai 45%. Saat ini volume waduk hanya tersisa 20,97 juta meter kubik. Padahal volume maksimal Waduk Sempor mencapai 38 juta meter kubik. Pengaliran air sudah disetop sejak 1 Juli silam untuk menghemat air dan baru dibuka lagi pada 1 Oktober mendatang.
Kepala Bidang Pengairan Dinas Sumber Daya Air Energi dan Sumber Daya Mineral (SDA ESDM) Kebumen Muchtarom mengungkapkan biasanya memasuki musim kemarau, pengaliran air Waduk Sempor disetop. `'Sejak 1 Juli lalu, air waduk sudah tidak dialirkan untuk lahan pertanian seluas 6.478 hektare sehingga lahan yang memperoleh salur an irigasi teknis dari Waduk Sempor tidak bisa ditanami padi dan beralih ke palawija.
Petani juga telah memahami ka rena air waduk dihemat untuk mengairi pada musim tanam pertama yang dimulai 1 Oktober mendatang,'' jelas Muchtarom, kemarin. Dijelaskan oleh Muchtarom, pengaliran air sengaja dilakukan pada 1 Oktober, selain sebagai penghematan air, juga untuk pemeliharaan waduk dan jaringan irigasi. `'Jadi selama air waduk tidak dialirkan, dinas melakukan berbagai perbaikan di antaranya saluran irigasi dan pemeliharaan waduk.'' Dengan adanya perbaikan dan pemeliharaan, air waduk bisa optimal mengaliri lahan seluas 6.478 hektare tersebut.
Krisis air juga dialami sebagian masyarakat di kecamatan sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Ada tujuh kecamatan di sepanjang aliran Bengawan Solo, antara lain Babat, Laren, Karangeneng, Kalitengah, Karangbinangun, dan Glagah.
Banyak sumur mengering sehingga warga di kecamatankecamatan itu memanfaatkan air Sungai Bengawan Solo untuk mandi dan mencuci. Untuk memasak dan minum mereka terpaksa membeli air galon.
Dari pantauan Media Indonesia, warga juga membuat telaga-telaga di pekarangan rumah untuk menampung air hujan. Kondisi yang sama juga dila kukan warga sepanjang aliran Sungai Bengawan Jero, anak Sungai Bengawan Solo.
Kekeringan juga melanda Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Di Kabupaten Serang terdapat 115 hektare sawah mengalami kekeringan yang tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Tirtayasa 70 hektare (ha), Kecamatan Pontang 12 ha, Kecamatan Mancak 3 ha, dan Kecamatan Kopo 30 ha.
Para petani dihantui gagal panen karena kesulitan air untuk mengairi sawah. Selain itu, untuk kebutuhan sehari-hari, warga harus membeli air bersih seharga Rp1.000 per jeriken. Seperti diungkapkan Rafei, setiap hari ia harus mengeluarkan uang Rp5.000 untuk membeli lima jeriken air bersih. Beban Rafei yang sehari-hari penjual ikan bandeng semakin berat karena untuk membeli air bersih, dia harus memanggul sendiri 25 liter air bersih yang dibelinya setiap hari.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, puncak kemarau baru akan terjadi pada Oktober. Dari hasil prediksi Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang, puncak kemarau pada Oktober akan berdampak serius terhadap persediaan air. Warga yang bermukim di daerah dengan curah hujan di bawah normal diminta waspada serta menghemat air. `'Perlu melakukan penghematan air mulai dari sekarang agar tidak ada krisis air bulan depan,'' kata Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana, Purwanto, kemarin. LILIEK DHARMAWAN
Post Date : 08 September 2011
|