ANTREAN warga untuk mendapatkan untuk mendapatkan air bersih di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, kini menjadi pemandangan setiap hari. Kemarau membuat kawasan itu mengalami kekeringan parah.
Warga harus mengantre dari subuh untuk mendapatkan beberapa ember air yang layak untuk masak dan minum. Bagi yang tidak kebagian, harus membeli. Sementara itu, untuk kebutuhan mencuci, mandi, dan kakus, warga harus menggunakan air kali yang kotor.
Penggunaan air kotor itu menyebabkan puluhan warga di kawasan itu terkena diare. Puskesmas setempat pun terpaksa menyulap selasar dan lobinya menjadi ruang perawatan. Wabah muntaber itu telah menyebabkan seorang anak berumur 4 tahun meninggal dunia.
Kekeringan menimpa Kampung Gunung Cabe Bawah, Kampung Gunung Cabe Tonggoh, Kampung Jati Nunggal, Kampung Cihaul, Kampung Regal Kiari, Desa Cipinang, serta sejumlah kampung dan desa di Kecamatan Rumpin.
Untuk air minum dan masak, warga harus mengantre air sejak pukul 03.00 di sebuah kolam penampungan sederhana di tengah sawah. Bagi warga yang memiliki sumur pribadi, mereka hanya bisa mengambil air satu kali dalam sehari. "Harus pagi sekali sebab pukul 06.00 saja airnya sudah kotor. Itu pun paling dapat enam ember," kata Yanti, salah seorang warga Gunung Cabe Bawah, kemarin.
Sementara itu, untuk mencuci baju, mandi, dan kakus, warga menggunakan air kali yang kondisinya memprihatinkan. Selain kotor, air itu berbaur dengan sampah. Bahkan tidak jarang air kali yang debitnya sangat kecil dan cenderung kering itu digunakan untuk memandikan kerbau.
Pemantauan Media Indonesia di Kampung Gunung Cabe Bawah Desa Cipinang menunjukkan sejumlah warga terlihat sedang mencuci, mandi, dan mengambil air di Kali Cijeungir yang kedalamannya kurang dari 20 cm. Tanpa terlihat rasa jijik, mereka membersihkan baju dan alat-alat makan dan masak di air yang berlumut. Padahal di tempat yang sama, mereka juga buang air besar dan kecil.
Menurut warga hal tersebut terpaksa mereka lakoni karena dampak kekeringan sudah sedemikian mengkhawatirkan. Kondisi itu dialami warga sejak satu setengah bulan lalu.
Menurut Saenah, warga setempat, hampir dua bulan tidak turun hujan. Akibatnya sumur-sumur kering. Sementara itu, di daerah tersebut sangat sedikit mata air. "Memang ada kali, tapi airnya sudah tercemar oleh perusahaan-perusahaan galian pasir dan batu," cetusnya.
"Kalau bukan ke tempat seperti di sini, ke mana lagi ya? Ada sumur, airnya cuma bisa diambil pagi dan itu pun sedikit sekali," kata Iin yang sedang mencuci piring.
Kondisi serupa terjadi di timur Kabupaten Bogor.Dua bulan tidak turun hujan, Kecamatan Jonggol, Cariu, Tanjungsari, serta Sukamakmur mengalami kekeringan parah. Sungai yang melewati tiga kecamatan yakni Cipamingkis telah kering kerontang. Ribuan hektare sawah warga pun merana.
Penyebabnya diduga kekeringan Sungai Cipamingkis sama dengan daerah Rumpin yakni akibat penggundulan hutan di hulu sungai. Hal itu diperparah dengan maraknya penggalian pasir dan batu. (Dede Susianti/J-2)
Post Date : 05 Agustus 2009
|