|
Kesulitan air karena tiada sumber air, itu biasa. Tapi tiada air bersih padahal sumber air melimpah, itu ironi. Begitulah yang dialami warga Desa Ngrancah, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, hingga beberapa waktu lalu. Desa yang berada di dataran tinggi Pegunungan Sengir, perbatasan Magelang-Semarang, itu memiliki tiga sumber air. Anehnya, desa ini tak pernah lepas dari masalah air bersih. Sumber air Kreo dan Bugel, yang berada di dataran bawah desa, dimanfaatkan tiga desa sekitarnya, yakni Banjarsari, Losari, dan Kalipucang. Sedangkan sumber air Banyu Tarung di atas desa dialirkan oleh warga Ngrancah ke bak-bak penampungan lewat parit. “Karena lewat parit, air itu masuk ke bak dalam kondisi kotor terkena lumpur,” kata Lurah Desa Ngrancah, Mukidin, saat ditemui di kediamannya, Sabtu lalu. Bak penampungan yang terbuka pun memungkinkan kotoran masuk dan bercampur dengan air dari sumber. Warga, yang terdiri atas sekitar 400 keluarga, pun mengkonsumsi air kotor. “Diare massal memang belum pernah. Tapi kalau kulit gatal-gatal, itu biasa,” ujarnya sambil terkekeh. Warga desa beberapa tahun silam mulai bergerak. Sejak 2002 hingga 2004, mereka mengusulkan anggaran kepada pemerintah provinsi untuk pengadaan sarana air bersih. Pada 2005 baru terealisasi lewat APBD Magelang 2005 sekitar Rp 500 juta. Dana Alokasi Khusus dari pemerintah pusat pun turun Rp 1 miliar sebagai tambahan. Di Ngrancah, air dari Banyu Tarung dialirkan ke bak penangkap. Melalui pipa berdiameter 6 inci, air dari bak penangkap dialirkan ke bak penampung, di mana dipasang lima keran besar yang berada dalam bak yang terkunci. Empat keran dialirkan ke empat desa dan satu keran ke saluran irigasi untuk mengairi sawah. “Yang berwenang membuka tutup keran adalah badan pelaksana Tirto Husodo bentukan warga,” ujar Ketua Lembaga Pendampingan dan Pengkajian Pembangunan Desa, Ichsani. Hanya, warga harus merogoh kocek, meski kecil, Rp 30 per meter kubik. “Lumayan. Kalau dulu airnya kencang tapi kotor, sekarang lebih sedikit tapi bersih,” kata Parmi, seorang warga. PITO AGUSTIN RUDAIANA Post Date : 11 November 2008 |