|
KOTA Kupang dan sekitarnya sejak Maret 2005 telah memasuki musim kemarau. Matahari terasa sangat menyengat. Rumput mengering dan batu-batu karang yang tadinya tersembunyi di balik rerumputan tampak mencuat menghiasi kota yang dihuni sekitar 260.000 jiwa itu. Setiap kali musim kemarau tiba hampir pasti lebih dari 70 persen penduduknya mengalami kesulitan air bersih. Air ledeng yang saat ini dikelola Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kupang, yang mengalir ke rumah-rumah penduduk Kota Kupang, sudah mulai tersendat-sendat akibat debit air yang mulai menurun. Hingga saat ini Pemerintah Kota Kupang belum memiliki perusahaan pengelola air bersih bagi penduduknya, kecuali UPTD air bersih. Jaringan pipa distribusi yang saat ini menghubungkan sumber air dengan rumah penduduk kota adalah milik Pemkab Kupang. Dua daerah ini pada tahun 2004 pernah bersitegang karena perebutan sumber air. Air bersih untuk warga kota berasal dari 22 sumber, yang terdiri dari 10 sumur pompa dan 12 mata air yang dikelola Pemkab Kupang. Meski demikian, setiap kali musim kemarau tiba, terutama pada bulan September-awal Desember, debit air akan menurun dan pasokan air ke rumah-rumah penduduk dengan sendirinya akan bermasalah. Menurut Jusuf dari bagian Humas PDAM Kabupaten Kupang, dalam kondisi normal 22 sumber air itu mampu memproduksi 877.364,40 meter kubik, sementara kebutuhan normal warga kota seluruhnya 1.147.500 meter kubik per bulan atau masih kekurangan 270.136 meter kubik. Apalagi pada saat musim kemarau pasti terjadi krisis air bersih. Bersamaan dengan itu pula berkembang bisnis air bersih yang ditawarkan melalui mobil-mobil tangki ke rumah penduduk. Biasanya, air yang ditawarkan itu diambil dari usaha sumur bor yang dikuasai perorangan atau dikelola oleh Pemkot Kupang. Hanya saja, sumur bor yang dikelola pemkot itu belum mampu menyuplai kebutuhan kota. Setiap tangki berisi paling kurang 3.000 liter dan biasanya dijual Rp 35.000 per tangki. Pada saat debit air mencapai titik kritis, antara September dan awal Desember, harga air yang ditawarkan melalui mobil-mobil tangki itu akan lebih mahal lagi. Satu mobil tangki berisi 3.000 liter itu dapat menyuplai selama satu minggu. Jika dalam satu rumah tangga terdiri atas lebih dari lima anggota, dengan berbagai keperluan, air sebanyak itu akan habis dalam waktu tiga hari. Ny Fin GE Agoha, warga Kelapa Lima, misalnya, harus mengeluarkan uang Rp 60.000 untuk membeli 5.000 liter air agar bisa bertahan dalam seminggu. Dia membenarkan bahwa jika pasokan air melalui pipa air (air ledeng) berjalan baik, sebenarnya akan sangat menolong warga. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli satu tangki air sama dengan biaya untuk membayar rekening air satu bulan yang dialirkan oleh PDAM Kupang. Musim kemarau, yang menyebabkan kesulitan air bersih, memang menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Tidak ada pilihan lain bagi warga kota kecuali harus mengonsumsi air dari mobil-mobil tangki itu. Sering kali air yang tidak bersih ini memicu kasus-kasus diare dan muntaber karena sumber air lebih sering tercemar kuman E coli. Setiap rumah tangga yang terdaftar sebagai pelanggan PDAM Kupang, seperti di Kelurahan Naikoten, Naikolan, Kuanino, Fontein, Oebobo, Pasir Panjang, Alak, Namosain, Manutapen, Kelapa Lima, Sikumana, dan sekitar Kompleks BTN Kolhua, selalu mengalami masalah itu. Masalah tersebut rutin terjadi setiap tahun. "Entah sampai kapan masalah air bersih ini bisa diatasi," kata Ny GE Agoha tentang kesulitan air bersih di wilayahnya. Di rumahnya aliran air sudah mulai tersendat-sendat, bahkan dalam seminggu hanya mengalir dua kali selama beberapa jam. Meski selain sebagai kota provinsi, yang menjadi gerbang masuk Provinsi NTT, masalah air bersih ini tetap tidak pernah terpecahkan sejak puluhan tahun silam. Pembangunan di era otonomi daerah yang bergulir sejak Januari 2000 itu juga tidak mampu memecahkan persoalan itu. Wali Kota Kupang SK Lerik mengakui bahwa Pemkot Kupang belum memiliki perusahaan pengelola air bersih untuk melayani warganya. Dia mengatakan, dalam tahun ini pihaknya akan mendirikan sebuah perusahaan daerah air minum (PDAM) dan diharapkan masalah itu teratasi. Kini warga Kota Kupang menunggu janji tersebut! Jangan lagi masalah air menjadi sebuah persoalan yang tak terselesaikan! (CAL) Post Date : 15 Juni 2005 |