Air Bersih Makin Langka dan Mahal

Sumber:Suara Pembaruan - 18 September 2006
Kategori:Air Minum
[JAKARTA] Air bersih makin langka dan harganya makin mahal di beberapa daerah pada musim kemarau panjang ini. Untuk memperoleh seember air warga harus menggali dasar sungai atau jalan kaki belasan kilometer ke sumber air.

Banyak pula warga yang terpaksa memperdalam sumur galian dan sumur pompa dengan biaya yang cukup besar atau menunggu bantuan dari pemerintah daerah.

Di Banyumas, Cilacap, dan Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, jumlah warga yang menggali dasar sungai semakin banyak. Senin (18/9) pagi, pemandangan di Sungai Serayu, Logawa, Mengaji, Kranji serta sungai-sungai lainnya adalah kesibukan sejumlah warga menggali dasar sungai yang sudah mengering.

Air dari lubang galian dimasukkan ke ember plastik dengan menggunakan gayung. Sedang warga yang mampu memberi upah orang untuk mencari air dengan ongkos Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per jeriken.

Di Kebumen, warga mencari air bersih di gua-gua gunung kapur. Karena itu Gua Jatijajar Kebumen, misalnya, tidak hanya diramaikan oleh wisatawan, tapi juga pencari air.

Warga Kampunglaut, Cilacap, yang permukimannya dikelilingi air payau Segara Anakan, juga kekurangan air bersih. Mereka harus berperahu berkilo-kilometer untuk mendapatkan air bersih, terutama di sumber air Jongor Asu, Kleces, dan Gua Masigit Sela.

Keringnya sumur juga dirasakan oleh banyak warga Jakarta. Sejumlah warga Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, terpaksa meminta air bersih dari warga yang mengoperasikan mesin pompa berdaya sedot tinggi atau jet pump. Yang lainnya membeli air dari pedagang keliling.

Seorang warga Jalan Kumbang, Kelurahan Pegadungan, menuturkan, sudah hampir sebulan ini sumurnya kering. "Kalau siang mesin pompa di rumah tidak bisa mengeluarkan air, baru malam atau dini hari bisa, sehingga terpaksa hampir setiap malam saya begadang untuk menghidupkan mesin pompa. Itu pun keluarnya tidak besar, tapi lumayanlah bisa menampung satu bak," katanya.

Ibu Milah, juga warga Pegadungan, terpaksa menambah kedalaman sumur pompa dan menggantinya dengan jet pump. "Sebelumnya untuk memasang jet pump saya meminta izin terlebih dahulu kepada tetangga kiri-kanan. Sekarang kesulitan air sudah teratasi walaupun saya harus mengeluarkan uang sekitar Rp 3,5 juta untuk pembelian jet pump dan upah pasangnya," katanya.

Sementara itu, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprakirakan, sebagian besar wilayah Indonesia baru memasuki musim hujan pada November, meskipun beberapa wilayah di Sumatera sudah memasuki musim hujan, September ini. Antisipasi memasuki musim hujan perlu dilakukan oleh pemerintah daerah dan warga yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS) kritis.

Kepala BMG Sri Woro Harjono menyebutkan, belajar dari pengalaman bencana banjir dan longsor tahun lalu, maka antisipasi daerah rawan perlu dilakukan sejak dini. Setidaknya sosialisasi tentang ancaman itu sudah dilakukan sejak sekarang. Selain itu, prakiraan BMG dapat dijadikan panduan oleh petani dan nelayan.

Kepala Pusat Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik, Achmad Zakir, menjelaskan, pada September ini baru sebagian wilayah Sumatera yang memasuki musim hujan. Daerah itu meliputi hampir keseluruhan Pulau Sumatera, kecuali Lampung bagian selatan.

Memasuki Oktober sebagian besar wilayah Indonesia sudah memiliki curah hujan di atas 100 milimeter. Namun, masih ada daerah yang curah hujannya di bawah 100 milimeter per bulan, seperti Jawa Barat bagian utara, Yogyakarta, Jawa Tengah bagian timur, dan Jawa Timur bagian barat dan selatan. Memasuki November hampir seluruh daerah prakiraan iklim di Indonesia sudah memasuki musim hujan.

Krisis di Daerah

Pasokan air Sungai Brantas ke Bendungan Ir Sutami di Karangkates, Kabupaten Malang, terus menurun. Angka penurunan sekitar dua meter dari ketinggian normal 270 meter.

Sejumlah kawasan di Kecamatan Kalipare, Sumbermanjing Wetan, Ampelgading dan Tirtoyudo, Kabupaten Malang bagian Selatan serta beberapa kecamatan di Kabupaten Blitar, dilanda krisis air bersih.

"Kita sudah kirimkan pasokan air bersih dengan menggunakan mobil tangki ke desa-desa yang krisis air bersih," ujar Bupati Malang HM Sujud Pribadi SE.

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro juga mendistribusikan bantuan air bersih ke 11 desa yang tersebar di tujuh kecamatan rawan air bersih, sejak sebulan lalu.

Warga Kota Bengkulu juga semakin sulit mendapatkan air bersih, karena sumur galian kering. "Saya sudah menambah kedalaman sumur, tapi tetap saja air tidak keluar," kata Effendi (47), warga Jalan Salak, Kota Bengkulu. [WMO/RS/T-4/K-11/146/ 070/029/143]

Post Date : 18 September 2006