Air Bengawan Solo Tak Layak Minum

Sumber:Suara Merdeka - 29 Maret 2008
Kategori:Air Minum

SOLO - Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) menyebutkan sebanyak 33 sungai di Indonesia dinyatakan telah tercemar limbah. Bahkan sungai-sungai tersebut masuk dalam kategori kelas dua hingga empat, yang berarti kategori tak layak untuk bahan baku air minum.

Data tersebut disampaikan Asisten Urusan Pengedalian Kerusakan Sungai dan Danau Deputi III KNLH, Ir Antung Dedy Rediansyah, usai menjadi pembicara dalam seminar nasional Kebijakan dan Implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo Hulu di UNS Surakarta, Kamis (27/3). ”Di antara 33 sungai itu termasuk Sungai Bengawan Solo yang sudah masuk pada kelas 3 hingga 4. Sementara untuk aliran Sungai Bengawan Solo yang paling parah berada di aliran Sungai Tanon dan Masaran di Kabupaten Sragen,” ungkapnya.

Sangat Tinggi

Lebih lanjut Antung menjelaskan, pada dua titik tersebut menurutnya tingkat pencemaran air untuk chemical oxygen demand (COD)-nya mencapai 77, padahal batas normalnya 25. Tingginya tingkat kandungan COD menunjukkan tingginya limbah domestik yang mencemari sungai. Sementara, indikator lain, yaitu biological oxygen demand (BOD) di kedua lokasi tersebut juga terbilang sangat tinggi.

”Dari seluruh wilayah Surakarta yang paling baik hanya di kawasan Jurug yang masuk kelas 2. Sehingga air di Sungai Bengawan Solo memang sudah tidak lagi memenuhi baku mutu untuk air minum,” ungkapnya. Pihaknya juga menyebutkan 60 persen pencemaran disebabkan karena limbah plastik.

Karenanya KNLH juga telah melakukan berbagai upaya antara lain dengan pembuatan septic tank komunal. Selain itu, KNLH mengembangkan program pengolahan sampah menjadi pupuk kompos.

Sementara terkait penanggulangan banjir, dia menilai perlu segera disosialiasikan pembuatan sumur-sumur resapan. Salah satunya dengan membangun lubang biopori yang tidak memakan biaya besar, yaitu sekitar Rp 175.000. Lubang biopori sendiri tidak memakan banyak tempat karena hanya dibuat lubang berdiameter 10 cm, kedalaman 100 cm dengan di bawahnya ditutup sampah organik. Menurutnya dengan cara ini mampu menekan banjir hingga 40 persen.

”Di DKI pembuatan sumur resapan sudah sejak tahun 2006 dengan 16.000 sumur resapan. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 40.000. Sementara di Jawa Tengah belum disosialisasikan.”  (J6-50)



Post Date : 29 Maret 2008