|
Sungguminasa, Kompas - Sejak memasuki musim kemarau awal Mei lalu, debit air Bendungan Bili-Bili di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, terus menyusut. Jika kemarau berlangsung hingga Januari 2006, dipastikan bendungan itu akan mengering karena suplai air dari Sungai Jeneberang berkurang. Saat ini, batas elevasi air Bendungan Bili-Bili turun sekitar 14 meter dari elevasi normal 99,5 di atas permukaan laut (dpl). Sejak memasuki musim kemarau, suplai air dari Sungai Jeneberang hanya 1 kubik per detik. Padahal, kebutuhan air baku untuk keperluan air minum, di luar irigasi, minimal tiga kubik per detik. Suplai air yang sangat kecil dari Sungai Jeneberang, menurut beberapa pakar lingkungan, salah satunya disebabkan oleh penggundulan hutan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang. Akibatnya, lahan sekitar DAS tak mampu menyerap air sehingga memasuki kemarau, debit air Sungai Jeneberang sangat minim. Untuk mengantisipasi kekurangan air, pengelola bendungan berupaya mengatur pengeluaran air sesuai kebutuhan. Yaitu untuk irigasi areal persawahan di Bili- Bili, Kampili, dan Bisua 24.600 hektar (ha), serta untuk kebutuhan air baku seperti air minum yang digunakan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Makassar 1,1 kubik per detik. Saat ini, volume tampung Bendungan Bili-Bili tersisa sekitar 100 juta kubik. Kekeringan melanda kawasan pertanian di sekitar itu. Jika bulan November hujan turun, persediaan air saat ini diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan air minum. Tetapi jika kemarau berlangsung hingga Januari 2006, ini yang perlu kita waspadai, papar Pengawas Operasi dan Pemeliharaan Waduk Bili-Bili, Muh Firdaus, yang dijumpai Selasa (6/9). Dia mengatakan, jika dibandingkan dengan penyusutan debit air di musim kemarau tahun lalu, penyusutan debit air Bendungan Bili-Bili tahun ini lebih besar. Musim kemarau tahun lalu, menurut Firdaus, penyusutan debit air di Bendungan Bili-Bili sekitar 10 meter dari batas elevasi normal 99,5 dpl. (doe) Post Date : 07 September 2005 |