BEKASI -- Sejumlah besar bakteri Escherichia coli (E. coli) mencemari pasokan air baku untuk Jakarta, sama seperti bakteri-bakteri itu mencemari pasokan untuk Bekasi. Satu di antara sumber datangnya E. coli adalah air Kali Bekasi.
"Membuat kandungan bakteri E. coli melebihi baku mutu," kata Direktur Air Baku PDAM Tirta Bhagasasi, Wahyu Prihantono, kemarin.
Hikayat kualitas air Kali Bekasi semakin parah setelah terungkap bahwa kali itu setiap malam menerima gelontoran tinja dari mobil-mobil tangki. Mobil-mobil itu biasanya membuang ke instalasi pengolahan limbah tinja di TPA Sumur Batu, yang sementara ini ditutup karena dilakukan perbaikan.
Tanpa buangan tinja itu, air Kali Bekasi sebelumnya telah dinyatakan sudah tercemar dan tak layak digunakan, meski itu sekadar untuk irigasi. Wahyu mengatakan pihaknya bersama Kementerian Kesehatan telah menguji kualitas air pasokan itu pada 2007. Saat itu hasilnya pun sudah positif melampaui batas yang bisa ditoleransi, yakni 100 ribu/100 mililiter.
Kondisi itu membuat PDAM Tirta Bhagasasi harus bekerja keras mengolah air baku. Kaporit tak jarang harus digunakan untuk menetralisasi bakteri-bakteri jahat E. coli. "Masalahnya banyak pelanggan mengeluh apabila airnya berbau kaporit," kata dia.
Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi Hidayat membenarkan soal kandungan bakteri E. coli yang tinggi di air Kali Bekasi. Dia yang mengungkapkan truk-truk tangki tiap malam secara sembunyi-sembunyi membuang muatannya ke kali itu dan Sungai Cileungsi.
Pembuangan tinja semakin intensif dilakukan sejak sebulan terakhir setelah instalasi di Sumur Batu direnovasi. Padahal setiap hari, sebelum direnovasi, instalasi itu bisa menerima buangan tinja hingga 20 tangki.
Juru bicara PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), Meyritha Maryanie, menyatakan sudah tahu sejak dulu soal hikayat air Kali Bekasi dan tingkat pencemaran di Kanal Tarum Barat. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak. "Itu wewenang pemerintah," katanya.
Palyja pernah mengusulkan dibuatkan terowongan air yang berfungsi memisahkan aliran kanal dari Kali Bekasi. Begitu juga dengan pembangunan sistem sanitasi di sepanjang aliran Kali Bekasi. Namun kedua usulan itu tidak mendapat tanggapan. "Banyak yang buang kotoran ke Kali Bekasi," kata Meyritha.
Meski demikian, Meyritha meminta pelanggan tidak khawatir. Sebelum didistribusikan, air telah diolah dan dipastikan siap pakai.
Dari Obat Anti-Nyamuk sampai Tinja
Pekan ketiga September 2011
PDAM Tirta Bhagasasi berhenti mengolah air yang diambil dari Kali Bekasi.
19 September 2011
PDAM Tirta Bhagasasi mengadukan dugaan pencemaran air Kali Bekasi oleh sebuah perusahaan produsen obat anti-nyamuk ke Gubernur Jawa Barat.
20 September 2011
Dalam sampel air Kali Bekasi ditemukan pula limbah bubur kertas.
Direktur PDAM Tirta Bhagasasi Wahyu Prihantono mengatakan pencemaran air Kali Bekasi sudah sangat parah.
20 September 2011
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi mengatakan kualitas air pada sejumlah parameter melebihi baku mutu, misalnya chemical oxygen demand (COD) dan kadar pH.
21 September 2011
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta kualitas air Kali Bekasi harus sudah bisa ditingkatkan menjadi kelas 2 atau layak untuk pertanian dalam kurun 20 tahun ke depan. Saat ini kualitasnya kelas 4 atau tidak bisa dipakai mengairi pertanian secara langsung karena banyak tercampur limbah.
28 September 2011
BPLH Kota Bekasi mengungkap temuannya bahwa beberapa pelaku usaha penyedotan tinja membuang limbahnya langsung ke Kali Bekasi. | HAMLUDDIN | ADITYA BUDIMAN | SUSENO
Post Date : 30 September 2011
|