BANDUNG, (PR).- Pasokan air baku ke PDAM Kota Bandung dari wilayah Bandung Selatan, terus menyusut. Jika sebelumnya mencapai 1.400 meter kubik per detik, saat ini terutama musim kemarau, berkurang menjadi 500-1.000 liter per detik.
Penurunan pasokan ini, dikarenakan volume air di Situ Panunjang juga terus menyusut. Penyusutan volume air itu, dikarenakan tingginya endapan lumpur yang masuk ke situ. Diperkirakan lima ratus ton lumpur masuk ke Situ Panunjang setiap tahun.
Jika permasalahan tersebut tidak segera diatasi, dikhawatirkan PDAM Kota Bandung terancam kolaps kehabisan bahan baku air. Hal itu terungkap pada Semiloka Sosialisasi Hasil Studi Rehabilitasi Kawasan Tangkapan Sumber Air PDAM Kota Bandung, di Wilayah Bandung Selatan di Hotel Aston Primera Pasteur, Jln. Dr. Djundjunan, Bandung, Selasa (22/12).
Peneliti Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSDAL) Unpad Erri Megantara menjelaskan, permasalahan air baku ini juga dikarenakan berkurangnya curah hujan yang turun. Ia memprediksi tanpa ada upaya perbaikan, PDAM Kota Bandung terancam kolaps kehabisan bahan baku air.
Menurut Erri, perlu dilakukan perbaikan sungai yang ada di Bandung. "Namun, perbaikan tersebut tidak hanya dilakukan PDAM Kota Bandung seorang diri, tetapi harus menyeluruh di semua daerah sekitarnya," ujarnya.
Hal senada dikatakan pakar lingkungan hidup dari Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran (Lemlit Unpad) Bandung Chay Asdak, seluruh pihak terutama pemerintah, jangan hanya terpaku pada tupoksi masing-masing instansi. Jika hanya terpaku pada tupoksi, dikhwatirkan permasalahan tersebut tak bisa diselesaikan.
Direktur Utama PDAM Kota Bandung Jaja Sutardja mengatakan, seiring meningkatnya populasi penduduk Kota Bandung, maka semakin tinggi pula kebutuhan air bersih. Saat ini, PDAM baru dapat melayani 65 persen masyarakat Kota Bandung.
Jaja mengatakan, PDAM kesulitan meningkatkan pelayanan, karena keterbatasan volume air dan gangguan pada sistem jaringan PDAM.
"Terbatasnya volume air ini, di antaranya dikarenakan semakin rusaknya kawasan tangkapan air Sungai Cilaki dan Cisangkuy, penyusutan luas hutan, alih fungsi lahan, perubahan pola penggunaan air, keterbatasan pemeliharaan sarana tampung air, dan kegiatan pertanian yang tidak berwawasan lingkungan," katanya. (A-188)
Post Date : 23 Desember 2009
|