Air Baku Cadangan Perlu Disiapkan

Sumber:Koran Sindo - 11 Mei 2010
Kategori:Air Minum

JAKARTA(SI) – Krisis air bersih yang melanda Ibu Kota selama sepekan,akibat buruknya air baku diharapkan tak terulang.Ketersediaan air baku cadangan bisa jadi solusi.

PT Aetra Air Jakarta, salah satu operator yang bertugas menyuplai air untuk wilayah Jakarta bagian Timur dan Utara mengusulkan adanya air baku cadangan. Presiden Direktur PT Aetra Air Jakarta, Sjahril Japarin mengatakan, krisis air bersih yang terjadi selama sepekan akibat buruknya air baku di Waduk Jati Luhur.Agar kasus serupa tak terulang, pihaknya mengusulkan kepada Pemprov DKI untuk mengupayakan air baku cadangan.

Sjahril mengusulkan banjir kanal timur (BKT) dan waduk di kawasan Halim Perdanakusumah menjadi salah satu penyuplai air baku cadangan. “Kami sudah mengusulkan kepada Gubernur DKI agar mengupayakan air baku cadangan.Ketika air baku utama terkendala, maka tidak terjadi krisis air.Kami mengusulkan BKT dan waduk di kawasan Halim sehingga biayanya relatif murah,” ujar Sjahril dalam konferensi pers di Instalasi Penyulingan Air (IPA) Pulogadung, Jakarta Timur,kemarin.

Menurut Sjahril, kualitas air baku harus memenuhi standar.Karena itulah, sebelum mendistribusikan kepada pelanggan, pihaknya terlebih dahulu mengolah air agar layak konsumsi.Dia memastikan, air yang baru diolah di IPA layak konsumsi.“Kalau sudah sampai di rumah-rumah pelanggan, kondisinya berubah kemungkinan karena pipa yang terpasang sudah cukup lama,”ungkapnya.

Sementara itu, krisis air bersih yang terjadi selama sepekan sudah berangsur-angsur normal. Distribusi air bersih kedua operator Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya, yaitu PT Aetra Air Jakarta dan PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) sudah mulai kembali normal pada sejak Minggu siang (9/6), pukul 15.00 WIB. Kedua operator telah menepati komitmen yang dijanjikan kepada Gubernur DKI Jakarta, bahkan penyelesaian pemulihan suplai air bersih lebih cepat dari target yang telah ditentukan semula yaitu Senin malam.

Aetra bahkan sejak Jumat (7/5) sudah bisa mengoperasikan IPA Pulogadung dengan total produksi air Aetra bisa mencapai 80% dari total kapasitas produksi, yaitu 4.000 liter per detik. Sjahril menegaskan, suplai air untukwilayahselatandantengahsudah normal seperti semula.Menurut dia, untuk wilayah utara ada sebagian yang masih bermasalah seperti di Mencos,Sarang Buaya,Rawa Badak,KebonPisang,AncolSelatan, Koja, dan Tanjung Priok.

Namun, pihaknya memastikan mulai tadi malam pasokan air sudah kembali normal.“Padahariini,apayangmenjadi komitmen kami sudah terpenuhi, bahkan perbaikan bisa selesai dengan cepat,” tandasnya. Sementara itu, total kapasitas produksi air Aetra mencapai 9.000 liter per detik dari dua instalasi, yaitu IPA Buaran sebanyak 5.000 liter per detik dan IPA Pulogadung sebanyak 4.000 liter per detik.

Namunkarenaadanya kerusakanpada pompa air baku di IPA Pulogadung, mengakibatkan penurunan kapasitas produksi air bersih hingga mencapai 1000 liter per detik. Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI, Lulung A Lunggana menilai, dua operator air gagal mengatasi krisis air bersih yang terjadi di Jakarta dalam waktu yang relatif cepat. Karena itu, pihaknya meminta agar perjanjian kerja sama (PKS) dengan PDAM Jaya sejak 1998 diputus.

“Apalagi, sejak PKS ditandatangani hingga saat ini, banyak poin-poin perjanjian yang tidak ditepati oleh kedua operator,”ujar Lulung di Gedung DPRD,kemarin. Politisi PPP ini mencontohkan ketika PKS yang dirancang ketika Gubernur DKI Surjadi Soedirdja dan ditandatangani Gubernur DKI Sutiyoso kedua operator menjanjikan air PAM yang diterima masyarakat sudah steril dan layak minum langsung dari kran yang disediakan di tempat umum seperti di Singapura dan Malaysia.

Lulung menegaskan, pelayanan kedua operator mendapat nilai merah.Bahkan tidak pernah memberi kontribusi ke PAD (Pendapatan Asli Daerah).Padahal,lanjut lulung, kehadiran kedua perusahaan asing,yakni Palyja dari Prancis dan TPJ dari Inggris tidak bermodal sepeser pun.

Semua aset PDAM Jaya yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras,seperti jaringan pipa,armada operasional, kantor, Instalasi Pengolahan Air (IPA), dan konsumen sudah diserahkan pengelolaannya kepada Palyja dan Aetra. “Namun, kenyataannya sampai saat ini belum pernah memberikan kontribusi dana secara signifikan ke PAD,” (ahmad baidowi/isfari hikmat)



Post Date : 11 Mei 2010