KABUPATEN - Banjir bandang kembali menerjang wilayah Malang Selatan. Hujan yang mengguyur Desa Lebakharjo Senin (30/8) kemarin membuat Sungai Kedungondo meluap. Lebih dari 163 rumah warga di tiga dusun terendam air serta 1,5 hektare padi siap panen terendam air bercampur lumpur.
Bencana alam yang terjadi di Desa Lebakharjo ini bukan kali pertamanya terjadi. Dalam kurun waktu satu minggu sudah dua kali terjadi banjir, yakni pada Senin (23/8) lalu dan kemarin malam. Penyebabnya terjadi pendangkalan di Sungai Manjing, tepatnya di titik pertemuan dengan Sungai Kedungondo. Sehingga air dari Sungai Kedungondo tidak bisa lancar dan meluap ke perkampungan.
Sedangkan pendangkan di Sungai Manjing diakibatkan pasir vulkanik yang terbawa air dari Gunung Semeru. Sejak dua tahun ini pendangkalan di Sungai Manjing cukup parah. Bahkan pasir yang berada di sungai hampir rata dengan daratan. Pendangkalan ini juga pada titik pertemuan dengan Sungai Kedungondo yang bermuara pda Sungai Glidik.
Menurut Ketua RW 2 Dusun Krajan II Desa Lebakharjo, Ngatiman, 55, meluapnya sungai Kedungondo terjadi setiap tahunnya. Begitu juga pada Senin malam sekitar pukul 20.30. Air sangat cepat meluap hingga ke rumah warga.
Kondisi tersebut membuat warga panik dan memukul kentongan. Bahkan anak-anak dan ibu-ibu berteriak histeris karen air cepat naik. "Kali ini banjirnya cukup parah. Air masuk ke rumah warga hingga ketinggian 150 sentimeter," kata Ngatiman.
Mengetahui air datang lebih cepat dan besar, sebagian warga lari bukit. Di antaranya tetap bertahan di rumahnya menjaga barangnya jangan sampai hanyut. Apalagi tidak sedikit warga memiliki ternak sapi maupun kambing. Ditakutkan ternak yang ada di kandang ikut hanyut dan terbawa derasnya air Sungai Kedungondo. "Ada ternak kambing yang hanyut. Tetapi sudah ditemukan dalam kondisi masih hidup," beber Ngatiman.
Sementara itu, barang-barang yang hanyut rata-rata perabotan dapur. Hal ini karena dapur warga rata-rata berada di belakang rumah. Itu pun dibangun dengan anyaman bambu. Sebagian pula barang dagangan juga terendam air.
Seperti Yunarsih, 32, pemilik toko kelontong di Dusun Krajan II. Wanita yang sudah memiliki dua anak ini memilih tinggal di dalam rumah saat air meluap. Dia tidak memikirkan barang dagangannya yang ada di toko kelontong depan rumahnya. Akibatnya, beras, gula minyak goreng maupun sembako lainnya diterjang air bercampur lumpur. Barang tersebut sudah tidak mungkin dijual atau dipakai lagi. Akibatnya, Yunarsih menanggung kerugian lebih dari Rp 5 juta.
Selain banjir, dapur milik Rumani, 50, dan anaknya Munari, 35, warga Dusun Krajan II tertimpa longsor. Tanah yang berada di tebing ketinggian 10 meter menimpa bangunan semipermanen. "Sebelun longsor ada suara gemuruh. Saat pintu dapur saya buka, tanah bercampur air sudah masuk ke rumah induk," kata Rumani.
Mengetahui dinding tebing di belakang rumah longsor, Rumani pun memanggil anaknya yang tinggal tepat di sampingnya. Dan ternyata di rumah Munari pun sama terkena longsor. Keduanya pun memilih mengungsi di rumah tetangga.
Akibat peristiwa longsor itu, keduanya menanggung kerugian masing-masing Rp 5 juta. Mengingat selain bangunan rumah, perlengkapan dapur tertimpa longsor. Bahkan, dinding pembatas rumah induk dan dapur juga retak. Air bah yang menghebohkan warga itu berangsur-angsur surut kemarin dinihari sekitar pukul 01.00.
Menurut Sekdes Lebakharjo Suhartono, untuk kawasan Desa Lebakharjo ada tiga dusun yang terkena dampak banjir. Yang pertama Dusun Krajan II sebanyak 121 rumah, Dusun Krajan I B 26 rumah, dan Dusun Sukomaju A 15 rumah.
Selain rumah yang terendam, sawah warga juga ikut rusak terkena banjir. Dari data yang ada di Desa Lebakharjo, 15 hektare sawah yang baru ditanami padi rusak, dan 1,5 hektare padi gagal panen karena terendam air.
Bukan saja rumah dan sawah, 1 Musalla Baiturrahim, 1 sekolah, dan 71 sumur milik warga juga ikut terendam air lumpur. Dampaknya, air sumur keruh dan warga harus mencari air bersih di sumur warga yang tidak terkena banjir. "Dam air di Krajan II, yang memiliki lebar lebih dari 50 meter juga jebol. Itu mengganggu saluran irigasi," urai Suhartono.
Dikatakan pria yang sudah memiliki anak dua ini, banjir yang terjadi di Lebakharjo sudah sering terjadi. Hampir setiap hujan deras di wilayah Tirtoyudo dan Gunung Semeru mengakibatkan meluapnya Sungai Kedungondo. Walau sudah sering diterjang banjir, namun warga tetap bertahan. Alasannya, karena faktor ekonomi. Selain itu rumah yang didiami sudah turun temurun. (bb/ziz)
Post Date : 01 September 2010
|