|
MADIUN(SINDO) – Belum tuntas persoalan banjir Bengawan Solo,ribuan rumah kembali tenggelam akibat amukan air bah dari luapan sungai di barat dan selatan Jatim. Banjir bandang merata mulai Madiun, Ngawi, Mojokerto, hingga Nganjuk. Bojonegoro yang masih berkutat dengan rendaman air dari luapan Bengawan Solo kini juga harus dipusingkan setelah wilayah Kec Temayang dan Gondang dilalap air dari Kalibobol.Banyuwangi juga tak luput dari musibah yang sama. Di kawasan kota dan Kab Madiun, hujan deras yang mengguyur kawasan lereng Gunung Wilis selama kurang lebih tiga jam mengakibatkan air dari atas bergerak masuk ke Sungai Bengawan Madiun meluber dan menggenangi areal persawahan dan jalan-jalan desa. Dari pantauan, di Kec Balerejo, Kab Madiun, banjir menggenangi ratusan hektare tanaman padi yang baru berumur 1–2 minggu di Desa Garon,Cinan,Simo,Banaran, dan Sogo. Banjir dari aliran anakanak sungai Bengawan Madiun juga menggenangi kawasan Kec Pilangkenceng, Saradan,dan Wungu.Namun, banjir setinggi kurang lebih 30 cm atau sekitar selutut ini tidak sampai masuk ke rumah- rumah warga. Menurut Mufdi,37,petani di Desa Garon,Kec Balerejo, banjir telah menggenangi tanaman padi miliknya yang siap panen sehingga terpaksa harus memanen dini. ”Kalau dibiarkan terendam banjir terus padinya bisa membusuk. Makanya lebih baik dipanen saja meski sebenarnya belum saatnya dipanen,” ujarnya ditemui SINDO di areal sawahnya,kemarin. Banjir dari lereng Gunung Wilis ini juga sempat masuk ke kawasan perumahan Rejomulyo, Kelurahan Rejomulyo, Kec Kartoharjo,Kota Madiun.” Air semalam terus meninggi bahkan sampai setinggi lutut.Jalan-jalan sudah tergenang dan beberapa rumah warga juga airnya mulai masuk. Tapi beruntung,air surut pagi tadi (kemarin pagi),” ujar Sri Wahyuni, 34, warga Perumahan Rejomulyo. Ngawi dapat disebut sebagai kabupaten langganan banjir.Terhitung sejak akhir 2007, kawasan ini sudah berulang kali tergenang air.Ketika luapan Sungai Bengawan Madiun meluap, kabupaten yang bersebelahan dengan Jateng ini juga dilahap air. Banjir menggenangi Desa Purwosari, Simo, dan Semengko, Kec Kwadungan. Ketinggian air di Desa Purwosari mencapai 60–75 sentimeter. Banjir terlihat menggenangi ratusan hektare tanaman padi. Selain itu, jalur alternatif Kwadungan–Madiun juga digenangi banjir setinggi 1,5 meter. Akibatnya, jalur ke Kwadungan hingga siang kemarin masih terputus. Di Desa Simo ketinggian air di perkampungan penduduk mencapai 50–60 cm, dan Desa Semengko 70–75 cm.Ketinggian air di papan duga dekat Jembatan Dungus Sungai Bengawan Madiun sekitar 8,5 meter. Namun,ketinggian air pada sore hari terlihat terus bergerak naik karena ada kiriman air dari wilayah Madiun, Magetan,dan Pacitan. Koordinator Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana Alam (PBA) Ngawi Shodiq Tri mengatakan,pihaknya saat ini terus memantau perkembangan banjir di Ngawi dan daerah hulu. Selain itu,antisipasi juga dilakukan dengan mempersiapkan petugas satlak di tiap kecamatan dan menyiapkan perahu karet di setiap posko. ”Banjir ini terjadi akibat curah hujan tinggi di daerah hulu. Kita harapkan tidak terjadi penumpukan di Sungai Bengawan Solo sehingga air bisa bergerak lancar,”ujarnya. Jombang Tergenang Empat kecamatan di Jombang ‘tenggelam’ setelah hujan deras mengguyur tiada henti. Empat kecamatan itu, Jombang Kota,Perak,Bandar Kedungmulyo, dan Mojoagung. Kondisi terparah terjadi di tiga desa di Kec Perak. Ketinggian air mencapai 60 cm.Banjir di wilayah ini terjadi lantaran salah satu tanggul sungai di wilayah tersebut jebol akibat tak mampu menahan debit dan derasnya air. Tak hanya perumahan warga saja yang menjadi korban, Jalan Raya Perak yang merupakan jalur nasional itu juga terendam. Dini hari kemarin, air menggenangi jalan raya tersebut hingga ketinggian 40 cm.Meski tak memutus jalur menuju Kota Nganjuk dan Kediri itu,namun lalu lintas berjalan merambat. Sejumlah pengendara motor juga lebih memilih untuk menempuh jalur alternatif. Sementara di Kelurahan Kecamatan Jombang, banjir juga tak kalah parah.Ratusan rumah warga yang bersebelahan dengan Pabrik Gula Djombang Baru itu tergenang air setinggi lutut orang dewasa. Warga juga masih terlihat cemas, apalagi hingga siang kemarin, air tak juga surut.Warga terpaksa tetap bertahan di dalam rumah yang sudah berubahmenjadikolamitu. Banjir juga menerjang beberapa desa di Kecamatan Mojoagung. Situasi yang nyaris sama juga terjadi di Nganjuk. Sekitar pukul 01.00 WIB kemarin, Sungai Widas kembali memuntahkan air bah bercampur lumpur di lima desa, yakni Desa Ngrami,Bagor Wetan, Nglinggo, Mojosto,Kec Sukomoro dan Desa Mojosto Kecamatan Gondang. Banjir yang sudah ketiga kalinya terjadi di lima desa tersebut tetap saja membuat warga setempat kebingungan.Pasalnya, lagilagi banjir datang saat warga sedang nyenyak tidur. Warga yang seakan sudah terbiasa dengan banjir ini, kembali mengemasi barangbarang mereka ke tempat yang lebih tinggi, meski sua- sana masih gelap gulita. Beberapa rumah warga yang menjadi sasaran keganasan arus sungai Widas dijaga ketat oleh warga setempat. Di antara lima desa yang diterjang banjir, kondisi terparah kembali terjadi di Desa Sumberjo. Di desa ini, air menggenangi ratusan rumah warga hingga setinggi lutut orang dewasa.Tak hanya itu, banjir juga sempat membuat akses jalan menuju Kecamatan Sukomoro dan Rejoso terputus beberapa jam. Hingga pagi kemarin, beberapa pengendara motor yang nekat menerjang ‘sungai beraspal’ itu, terpaksa harus disibukkan dengan macetnya kendaraan mereka. Di lokasi banjir, tak tampak satu pun pejabat dari Pemkab Nganjuk.Namun sebelumnya, Camat Gondang, Gatut Sugiarto mengatakan, banjir di wilayahnya memang dipicu kondisi Sungai Widang yang berbelok-belok. Menurutnya,proyek pelebaran sungai sebenarnya telah dilakukan sejak tahun lalu. Namun, pembangunan ini masih dalam tahap pembebasan lahan, sehingga masih belum mampu membendung banjir langganan itu. Infrstruktur Rusak Banjir bandang dari Kalibobol menghantam Dusun Sugihan, Desa Kedungsumber, Ke Temayang dan mengakibat sekitar 350 rumah penduduk digenangi air. Sementara di Desa Puguhrejo, Desa/ Kec Gondang,sedikitnya 2 rumah roboh dan sebuah jembatan rusak parah.Warga mengaku sangat panik,sehingga banyak barang-barang warga yang tidak terselamatkan. ”Tiba-tiba saya mendengar suara teriakan minta tolong dari tetangga sekitar pukul 20.00 WIB.Kemudian disusul bunyi kentongan bertubi- tubi tanda bahaya,”terang Ny Sunarti,45,salah satu korban banjir bandang dari Dusun Sugihan,Desa Kedungsumber, Temayang. Suasana malam itu menjadi mencekam.Warga berlarian menyelamatkan diri. Banjir bandang tidak berlangsung lama, kemudian meninggalkan lumpur.Tapi meski hanya sesaat, banjir itu membawa kerusakan cukup parah. Dinding rumah pen-duduk yang rata-rata terbuat dari papan banyak yang jebol,timbunan gabah dan jagung, perabotan sertaunggasjugabanyakyang hanyut terbawa air. Sementara di Dusun Puguhrejo, Desa Sambongrejo, Kec Gondang,1 rumah roboh dan 1 lagi rusak, akibat longsor. Paiman, 48, pemilik rumah yang roboh, mengaku tak sempat menyelamatkan harta bendanya. Karena air datang secara tiba-tiba. ”Saya hanya bisa menyelamatkan diri dan keluarga,”tuturnya. Lumpuh 2 Jam Meluapnya sungai Sumber Pasinan di Desa Pungging, Kec Pungging Kabupaten Mojokerto pada Sabtu malam kemarin menyebabkan jalur Mojokerto–Pasuruan lumpuh total selama 2 jam. Akibatnya terjadi antrean panjang kendaraan sepanjang 5 kilometer di jalur tersebut mulai pukul 21.00 WIB sampai dengan pukul 23.00 WIB.Berbagai kendaraan baik truk, bus, kendaraan pribadi maupun sepeda motor tidak dapat melewati luapan air sungai yang mencapai ketinggian sekitar 1,25 meter itu. Penyangga jembatan sendiri sudah tidak dapat terlihat lagi akibat tertutup air. Sehingga apabila kendaraan memaksakan diri melewatinya, dikhawatirkan akan jatuh terperosok ke dalam sungai. ”Antara jembatan dan sungai sudah tidak ada bedanya lagi. Karena semuanya tertutup oleh air,” ujar Jalal salah seorang warga yang saat kejadian tengah berada tak jauh dari sungai. Jalur yang sempat lumpuh itu merupakan satu-satunya jalan antara Mojokerto–Pasuruan. Pada malam hari, jalur tersebut dipadati kendaraan bermotor terutama bus malam tujuan Bali/ Banyuwangi–- Yogyakarta/Jakarta dan truktruk besar. Dengan adanya hambatan itu, waktu per jalanan mereka menjadi molor. Jalal menceritakan bahwa luapan air datang sangat cepat sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu,dalam tempo sekitar 30 menit, air sungai Sumber Pasinan langsung meluap dan menutupi jalan raya. Dan sesaat kemudian ketinggian air sampai menutupi penyangga sisi kanan dan kiri jembatan. (muhammad roqib/ nanang fahruding/tritus) Post Date : 31 Maret 2008 |