|
SOLO (SINDO) Pasokan air untuk 4.000 pelanggan PDAM Solo macet menyusul terhentinya Instalasi Pengolahan Air (IPA) akibat teredam banjir. Macetnya air PDAM itu terjadi antara lain di Ngoresan dan Punggungrejo, Jebres. IPA di Jurug berhenti total sejak 26 Desember lalu saat mulai terjadi banjir sehingga mengakibatkan pasokan air ada yang macet,jelas Dirut PDAM Singgih Tri Wibowo, kemarin. Menurut Singgih, selama banjir terjadi hingga sekarang untuk wilayah-wilayah banjir pasokan air justru lancar. Pasalnya, hasil air bersih dari IPA Jurug memang tidak untuk wilayah yang terkena banjir. Selama ini, jelasnya, IPA di Jurug tersebut melayani sekitar 5.000 pelanggan di daerah Jebres dan sekitarnya. Sejak IPA berhenti beroperasi sejak 26 Desember, PDAM sudah menghidupkan genset sumur dalam yang juga di daerah Jurug dan bisa melayani 1.000 pelanggan. Otomatis, masih tersisa 4.000 yang pasokan air macet sejak banjir terjadi. Macetnya air kami perkirakan akan terjadi hingga 16 Januari mendatang. Saat itu saya harap perbaikan IPA sudah selesai,jelasnya. Singgih menambahkan, IPA di kawasan Jurug tersebut memiliki debit air 80 liter per detik. Secara umum,selama ini PDAM Solo memiliki kapasitas 950 liter/detik. Dengan terendamnya instalasi di Jurug, kapasitas berkurang 80 liter per detik. Meski begitu, PDAM menyatakan pasokan air terhadap pelanggan lancar. Kecuali yang selama ini dialiri dari IPA Jurug. Dengan debit itu kami masih bisa mengalirkan air ke lokasi banjir. Hanya saja tekanan air berkurang,jelasnya,kemarin. Sementara itu sebagai bentuk kepedulian kepada korban banjir di wilayah Solo,warga RT 5 dan RT 6 RW 4 Kartotiyasan Serengan, Solo, kemarin menyerahkan bantuan berupa alat tulis, perlengkapan Mandi Cuci Kakus (MCK) serta pakaian pantas pakai. Bantuan tersebut merupakan hasil kolektivitas warga dengan sukarela. Bantuan diserahkan langsung melalui Ketua RT 3 RW 4 Joyontakan, Solo Didik Agus Suharto.Yang selanjutnya akan didistribusikan kepada seluruh warga di RT tersebut. Di Sragen, setelah sempat tertunda akibat bencana banjir, sebanyak tiga sekolah dasar (SD) di Kabupaten Sragen mulai Kamis (3/1) pagi baru bisa melaksanakan ulangan umum. Tiga SD sekolah yang terlambat menggelar ujian ini adalah SDN Kedungpit 4, SDN Tangkil 4 dan SDN Pandak 1. Sehari sebelumnya, para siswa ketiga SD ini melakukan kegiatan bersih bersih lumpur akibat banjir yang mengotori gedung sekolah mereka. Selain itu, sebanyak enam SD tidak bisa melaksanakan ulangan umum di sekolahnya sendiri karena rusak terkena banjir. Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Pemkab Sragen, Tri Andiyas, mengatakan, seluruh SD yang terkena banjir sudah bisa melaksanakan ulangan umum, termasuk SDN Kedungpit 4, SDN Tangkil 4 dan SDN Pandak 1. Selain terlambat menggelar ulangan umum, ada beberapa SD yang terpaksa melaksanakannya di rumah-rumah penduduk. Sedangkan sebagian bergabung dengan sekolah lainnya. Ini disebabkan kondisi sekolah itu tidak memungkinkan untuk kegiatan belajar mengajar akibat diterjang banjir selama satu minggu ini, kata Tri Andiyas. Sementara itu banjir yang melanda beberapa lokasi di Kab Sukoharjo beberapa hari lalu menyebabkan Dinas Pertanian (Dispertan) Kab Sukoharjo diperkirakan mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah. Pasalnya, banjir tersebut menenggelamkan sebanyak 3.799 hektare lahan persawahan dan 44 hektare diantaranya puso. Dari jumlah tersebut, lahan persawahan yang paling banyak terendam terdapatdi Kec Nguter dengan 817 hektare. Sedangkan, di Kec Polokarto terdapat 765 hektare. Ratarata usia tanaman padi baru berumur antara satu hingga dua bulan. Secara teknis, luas wilayah pertanian Kabupaten Sukoharjo mencapai 14.400 hektare, sedangkan secara keseluruhan lahan yang terendam 21.000 hektare. (sumarno/agus anggoro/ary wahyu wibowo/fefy dwi haryanto) Post Date : 04 Januari 2008 |