Jakarta, Kompas - Operator penyedia air bersih di DKI Jakarta, PT Aetra Air Jakarta, konsisten mendorong pengurangan penggunaan air tanah di DKI Jakarta. Aetra terus meningkatkan pelayanan mereka kepada pelanggan, antara lain, dengan menjamin kontinuitas dan kuantitas air ke pelanggan.
Bentuk komitmen itu, antara lain, membangun dua pompa tekan (inline booster pump) di sekitar Jalan Raya Kalimalang Ujung Halim, Jakarta Timur. Pompa tekan Halim itu memperbaiki pasokan air kepada pelanggan di wilayah selatan Jakarta Timur hingga perbatasan Bogor. Sebelumnya, Aetra mengoperasikan pompa tekan di sekitar Jalan Raya Kiwi, Kelapa Dua Wetan, Jakarta Timur.
”Pompa tekan Halim itu menjaga pasokan air ke pompa tekan Pasar Rebo dan ke pompa tekan Kiwi,” kata Lintong G Hutasoit, Senior Manajer Proyek Grup PT Aetra Air Jakarta, ketika meninjau proyek penanaman pipa air di Jalan Raya Kalimalang Ujung Halim, Kamis (10/6).
Pipa air berdiameter 800 milimeter sepanjang 110 meter ditanam di bawah badan Jalan Raya Kalimalang Ujung Halim.
Proyek penanaman pipa air ini tidak mengganggu kesibukan lalu lintas sekitarnya karena Aetra memakai metode dorong bertahap (pipe jacking) dengan alat pendorong hidrolik bertekanan tinggi (hydraulic jacking) sebagai bagian persiapan pembangunan pompa tekan Halim. Di situ akan dibangun dua pompa tekan walau hanya satu pompa yang akan dioperasikan.
Kapasitas pompa tekan Halim mencapai 1.000 liter per detik. ”Satu unit pompa lainnya sebagai cadangan,” kata Lintong.
Jaringan pipa dan pompa tekan Halim akan meningkatkan tekanan air ke 15 kelurahan, antara lain Cibubur, Kelapa Dua Wetan, Cipayung, Kalisari, Rambutan, Cijantung, Pinang Ranti, serta Cililitan.
Sekretaris Perusahaan PT Aetra Air Jakarta Yosua L Tobing menambahkan, pembangunan fasilitas berupa pipa dan pompa tekan bertujuan meningkatkan pelayanan Aetra kepada pelanggan di wilayah selatan Jakarta Timur.
Langkah itu merupakan bentuk dukungan terhadap program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait pengurangan pemakaian air tanah. Pemakaian air tanah secara berlebihan dapat menurunkan permukaan air tanah dan hal itu berdampak menurunkan permukaan tanah. Kota Jakarta kini mengalami kondisi tersebut.
Sebelumnya, muka air tanah di Jakarta turun 40 meter dalam kurun 45 tahun sejak tahun 1950. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta menyebutkan, penurunan muka air tanah itu diikuti penurunan permukaan tanah sampai 200 sentimeter dalam 17 tahun. (COK)
Post Date : 11 Juni 2010
|