|
Palembang, Kompas - Masalah sampah di Kota Palembang harus ditangani dan dikelola lebih baik. Jika masalah sampah belum teratasi, dikhawatirkan tahun depan Palembang tidak akan mempertahankan Adipura. Hal tersebut dikatakan pengamat perkotaan Ari Siswanto, Kamis (7/6). Menurut Ari, di Palembang terdapat dua masalah mengenai sampah, yaitu tak sebandingnya jumlah sampah dengan jumlah kendaraan sampah dan petugas kebersihan, serta waktu pengambilan sampah yang tidak pas. Ari mengatakan, kecenderungan di Palembang, masyarakat membuang sampah setelah petugas mengambil sampah sehingga sampah menumpuk. "Jumlah sampah harus sama dengan kemampuan armada sampah, jadi tidak ada sampah yang tidak terangkut. Kemampuan armada pengangkut sampah dan petugasnya di Palembang hanya 75 persen sehingga 25 persen sampah tidak terangkut," kata Ari. Ari mengungkapkan, masalah sampah di daerah kumuh lebih parah karena truk sampah tidak bisa masuk. Akibatnya, warga membuang sampah sembarangan, seperti ke sungai atau rawa. Diubah jadi kompos Ari juga mengatakan, supaya Adipura bisa dipertahankan, perlu dipikirkan untuk mengubah sampah menjadi kompos dan menjadi energi. Sudah saatnya warga memilah jenis sampah yang dibuang, yaitu sampah organik, anorganik, dan sampah yang bisa didaur ulang. Setelah sampah terbagi-bagi, selanjutnya adalah membangun pabrik pengolahan sampah. "Investasi pabrik cukup mahal, tapi nanti bisa menguntungkan karena banyak yang tertarik dengan pengolahan sampah menjadi energi, apalagi dengan kota berpenduduk 1,5 juta seperti Palembang," tutur Ari. Ari mengungkapkan, sejumlah tempat di Palembang masih membutuhkan penghijauan. Selain itu, setiap rumah di Palembang juga perlu menanam tanaman tahunan bukan hanya bunga. Upaya penghijauan di tempat gersang akan mampu mempertahankan Adipura. Ruang terbuka Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra seusai upacara penyerahan Adipura di Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) menuturkan, pemerintah kota akan menambah jumlah taman dan ruang terbuka untuk penghijauan. "Ke depan akan dilakukan penataan pasar seperti Pasar Cinde, sedangkan untuk daerah pinggiran kota dilakukan program khusus, yaitu kawasan agropolitan seperti di Pulokerto," ujar Eddy. Pada kesempatan itu Eddy mengatakan akan memberikan penghargaan kepada pihak-pihak yang berjasa, termasuk para penyapu jalan, sehingga Palembang memperoleh Adipura. Piala Adipura yang dibawa dari Jakarta setelah tiba di Palembang langsung diarak keliling kota dengan konvoi mobil hias. Ikut dalam konvoi adalah truk sampah dan kendaraan khusus penyapu jalan yang sehari-hari digunakan membersihkan kota. (WAD) Post Date : 08 Juni 2007 |