Adem, Ayem, Tentrem; Krisis Air Bersih

Sumber:Kedaulatan Rakyat - 28 Agustus 2006
Kategori:Air Minum
AIR bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Namun soal air bersih ini selalu saja menjadi masalah di banyak daerah di setiap musim kemarau. Bahkan pada musim kemarau tahun ini, sejumlah desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Purworejo juga mengalami krisis air bersih. Bahkan jika disadari, kondisi ini semakin meluas dari tahun ke tahun.

Kondisi yang sangat nyata, setiap memasuki musim kemarau, debit air dari berbagai sumber mata air selalu menyusut sehingga tidak dapat lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Ini selalu terjadi dan umumnya melanda wilayah pedesaan karena tidak adanya fasilitas pelayanan air bersih dari perusahaan air minum dan lainnya.

Namun demikian, kenyataan ini tampaknya belum juga menyadarkan sebagian warga masyarakat akan pentingnya perlindungan terhadap sumber-sumber mata air seperti keberadaan hutan dan lingkungan sebagai sumber air dan kehidupan secara umum.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo menurut Bupati H Kelik Sumrahadi SSos MM, tidak tinggal diam demi menyikapi kesulitan ini, karena menyangkut kebutuhan primer. Salah satu penanganan yang telah dilakukan, di antaranya dengan memberikan bantuan air bersih dengan melakukan droping air ke desa-desa yang kesulitan air bersih. Hal ini telah dilakukan hampir setiap musim kemarau. Sebenarnya ada alternatif lain untuk memecahkan masalah kekeringan ini, yakni dengan pembuatan sumur air tanah (sumur artesis) khususnya untuk daerah-daerah dataran tinggi seperti di Kecamatan Bruno yang kondisi wilayahnya sulit dijangkau kendaraan tanki untuk melakukan droping air bersih. Namun untuk pembuatan sumur artesis ini ternyata membutuhkan biaya tinggi karena pengeboran harus dilakukan hingga kedalaman sekitar 45 meter, paparnya.

Hal ini menurut H Kelik, karena daerah yang mengalami kekeringan itu merupakan daerah dataran tinggi atau pegunungan. Untuk itulah sampai saat sekarang Pemkab Purworejo belum mampu untuk melaksanakan alternatif itu, namun hal ini sudah pernah disampaikan ke pemerintah propinsi, jelasnya.

Sedang untuk daerah lain yang berada di dataran rendah seperti Kecamatan Grabag, terutama Desa Rowodadi dan Trimulyo, belum ada alternatif lain untuk mengatasi kekeringan selain melakukan droping air. Ini karena kondisi air tanah terdapat kandungan kadar besi yang sangat tinggi, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Kita tentu menyadari bahwa lingkungan yang ada di sektiar kita merupakan anugerah Tuhan, yang wajib dilestarikan dan dikembangkan agar dapat tetap menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat serta mahluk hidup lainnya. Sehingga kita perlu memiliki kesadaran lebih tinggi bahwa bencana yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan (termasuk bencana kekeringan) jauh lebih besar dari yang diperkirakan, tandasnya seraya mencontohkan penggundulan hutan menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat merugikan. Pada musim kemarau terjadi kekeringan sedang di musim hujan sering terjadi banjir dan tanah longsor. Masalah kekeringan dan krisis air bersih merupakan masalah kita bersama, imbuhnya. (Gunarwan)-g.

Post Date : 28 Agustus 2006