|
MADRID, (PR).-Indonesia memperoleh pinjaman program (program loan) sebesar 2,350 miliar dolar AS (setara Rp 21,150 triliun), yang diharapkan bisa dicairkan pada akhir tahun ini. Pinjaman itu merupakan bagian dari pembiayaan defisit anggaran yang dalam APBN Perubahan 2008 ditetapkan sebesar Rp 96 triliun. Selain itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Jepang akan memberikan hibah sebesar 7 juta dolar AS (setara Rp 63 miliar). ADB juga berkomitmen membiayai projek air bersih Citarum sebesar 60 juta dolar AS. "Hingga saat ini, kita sudah memperoleh komitmen pinjaman program itu dari beberapa negara donor dan lembaga keuangan. Namun, saya kira jumlah tersebut masih akan terus bertambah dan diharapkan bisa mencapai proyeksi kita dalam APBN," kata Direktur Pendanaan Luar Negeri Multilateral Bappenas Dewo B.J. Putranto di sela-sela pertemuan tahunan ke-41 Bank Pembangunan Asia (ADB) di Madrid, Spanyol, Selasa (6/5). Wartawan Pikiran Rakyat Dadang Hermawan dari Madrid Spanyol, melaporkan, penambahan tersebut diharapkan Dewo akan diperoleh dari ADB sebesar 150 juta dolar AS. "Kita perkirakan penambahan tersebut akan diperoleh dari simpanan negara anggota yang tidak terpakai," katanya. Bank Pembangunan Asia sudah menyatakan komitmennya untuk menyalurkan pinjaman sebesar 650 juta dolar AS. Salah satu sektor yang dibiayai ADB adalah projek pembangunan instalasi air bersih Citarum (Integrated Citarum Water Source) sebesar 60 juta dolar AS, terdiri atas dana Asian Development Fund (ADF) sebesar 30 juta dolar AS, dan sisanya dari Ordinary Capital Resource (OCR). "Selain dari bantuan ADB, pemerintah juga sudah menyediakan alokasi dana untuk mendukung program ini," kata Dewo. Pinjaman program lainnya diperoleh dari Bank Dunia sebesar 1,2 miliar dolar AS. Kemudian dari Jepang, melalui Japan Bank for International Corporation (Jabic), sebesar 300 juta dolar AS, dan Prancis sebesar 200 juta dolar AS. "Namun, Prancis lebih menyukai pinjaman projek. Ini yang masih menjadi perdebatan bagi kita. Oleh karena itu, Presiden SBY dalam lawatannya ke Prancis Juni mendatang, dijadwalkan juga untuk meyakinkan kepala negara Prancis soal pinjaman ini," katanya. Selain itu, Jepang dan Prancis lebih mengaitkan pinjaman mereka dengan upaya Indonesia untuk mengurangi karbon atau kontribusi lainnya dalam menghadapi perubahan iklim. "Oleh karena itu, pada Juni juga, perwakilan dari kedua negara akan ke Jakarta untuk membicarakan matriks kebijakan kita dalam menghadapi perubahan iklim," kata Dewo. Selain untuk program adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, pinjaman program yang diperoleh diperuntukkan bagi Infrastructure Development Policy Loan (IDPL), Development Policy Loan (DPL), dan Local Government and Governance Reform. "Dari keseluruhan bentuk program itu, yang paling besar dialokasikan dalam bentuk DPL," katanya. Dikatakan Dewo, dari berbagai pertemuan bilateral yang dilakukan selama pertemuan itu, diperoleh beberapa kemajuan terutama dalam upaya meyakinkan para donor atas program-program yang dilakukan Indonesia. Selain itu, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menilai Indonesia sudah layak untuk menjadi anggota Development Center bersama dengan lima negara lainnya. "Dalam pertemuan bilateral tadi, kita sebagai midle income country sudah dinilai layak. Tetapi kita belum memutuskan, karena masih harus dibicarakan lagi di Jakarta," kata Dewo. Empat negara lainnya yang ditawari posisi sama adalah Brasil, Cina, India, dan Afrika Selatan. Post Date : 07 Mei 2008 |