|
Kali Ciliwung yang mengalir ke beberapa wilayah di Provinsi DKI Jakarta memang sulit untuk bebas dari sampah. Di antara aliran kali yang terbentang dari Tanjung Barat sampai Kalibata di wilayah Jakarta Selatan, sedikitnya empat tempat pembuangan sampah akhir (TPA) liar ditemukan. Padahal jarak di antaranya hanya berkisar empat kilometer. Salah satu TPA yang sampahnya sudah menumpuk lebih dari 10 meter, terletak di Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TPA tersebut diketahui milik H Sarmo, pemilik lahan seluas sekitar dua hektare yang dijadikan TPA tersebut. Menurut warga sekitar, TPA tersebut sudah beroperasi lebih dari sepuluh tahun lalu. TPA itu terlihat menampung segala jenis sampah baik basah maupun kering. Bahkan sebongkah beton tergeletak tepat di bibir kali di TPA itu. Di pinggir TPA itu dibangun cagak-cagak yang fungsinya untuk membendung agar sampah jatuh ke kali. Namun itu tidak cukup karena bila air hujan mengguyur gundukan sampah yang sudah sangat tinggi, sampah sedikit demi sedikit meluncur ke kali. Lokasi TPA liar bukan satu-satunya yang menyumbang sampah bagi Kali Ciliwung. Warga yang memiliki rumah di bantaran kali juga menganggapnya sebagai solusi pembuangan sampah yang paling praktis. Di salah satu tembok yang membatasi halaman rumah dengan dataran kali setinggi tiga meter, gundukan sampah terlihat. Gundukan sampah tersebut berasal dari tembok bagian dalam yang dilempar begitu saja. Marni, seorang warga pemanfaat TPA liar mengatakan dirinya membuang sampah di TPA karena sudah ada sebelumnya. ''Mau dibuang ke mana lagi. Di sekitar juga tidak ada tempat penampungan sampah yang memadai,'' paparnya pada Republika, Ahad (19/3). Tidak hanya sampah yang berbentuk padat yang mengotori Kali Ciliwung, sampah berbentuk cairan juga ikut mengotorinya. Ini lantaran saluran pembuangan air dari rumah warga di sekitar bantaran langsung diarahkan ke sungai tanpa disaring terlebih dahulu. Menurut Budi Cahyono, seorang aktivis yang tergabung dalam Cliwung Community, sebuah komunitas yang peduli pada kebersihan Kali Ciliwung, mengatakan banyaknya warga yang membuang sampah ke TPA liar karena tidak tersedianya tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di sepanjang Kali Ciliwung. ''Tanpa pikir panjang warga langsung membuangnya ke kali dengan pikiran akan mengalir terbawa air,'' papar dia. Tanpa berpikir, sampah tersebut akan menyumbat aliran air saat sampai pada jembatan maupun pintu air. Dan juga menyebabkan sedimentasi (pendangkalan) tinggi permukaan air kali. Telah dilakukan upaya untuk pembersihan kali dengan menyediakan karung plastik bagi warga. Namun itupun tidak mengenai sasaran. Warga di sekitar bantaran kali lebih memilih untuk membuang kembali sampah ke kali dan mengambil karung plastiknya. Ia juga mengatakan dari hasil survei di darat dan di kali, tidak hanya warga yang memanfaatkan TPA liar tersebut. Oknum petugas kebersihan dari pemukiman juga membuang sampah di TPA tersebut. Sungguh sebuah ironi di tengah-tengah gerakan program sungai bersih yang sudah dicanangkan sejak 23 tahun lalu. Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Keamanan dan Ketertiban Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Harianto Bajuri, mengatakan akan melakukan pembangunan beberapa TPS di sepanjang bantaran Kali Ciliwung. ''Pembangunan akan dimulai pada tahun 2006 ini. Agar perilaku warga berubah sedikit demi sedikit agar tidak membuang sampah di TPA liar maupun di sungai,'' papar dia. Pembangunan awal, rencananya akan dilakukan di sembilan titik yang telah dievaluasi layak dijadikan TPS. Namun rencana tersebut masih dalam tahap pembicaraan oleh beberapa aparat terkait, di antaranya Dinas Kebersihan, Dinas Tramtib dan Ciliwung Community. Sedangkan besarnya anggaran Harianto tidak bersedia menjawab. ''Yang jelas sudah disediakan anggaran,'' tambah dia. Sedangkan saat ini Dinas Kebersihan Pemprov DKI sedang melakukan pendataan jumlah pembuangan sampah di aliaran Kali Ciliwung dari Tanjung Barat dan Kalibata, yang mencakup wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Dinas Tramtib Pemprov DKI secara berkesinambungan melakukan pembersihan kali dengan bekerja sama dengan satuan koordinasi pelaksana penanggulangan bencana. Minimal pembersihan akan dilakukan sekali dalam sebulan. Harianto juga menambahkan agar para aparat pemerintahan setempat lebih aktif mengingatkan warga. ''Saat ini belum ada sanksi yang akan diberikan tapi diingatkan dengan memberi pengertian. Kali tidak akan menjadi bersih tanpa upaya bersama seluruh komunitas di sepanjang kali,'' papar dia. Termasuk yang masih banyak terjadi, adanya sampah kiriman dari luar Jakarta.( c38 ) Post Date : 23 Maret 2006 |