|
Dalam pembangunan fasilitas air minum dan sanitasi banyak yang tidak menyebutkan secara jelas pembagian tugas yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Lebih jauh lagi dalam kebudayaan tertentu perempuan dinilai lebih bertanggung jawab atas penyediaan air minum dan sanitasi namun pada keputusan mengenai desain dan lokasi dari fasilitas tersebut justru perempuan tidak dilibatkan. Makalah ini mencoba mengulas pentingnya peran yang seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam proses pengambilan keputusan mengenai penyediaan, lokasi, dan teknologi dari air minum dan sanitasi pada tingkat komunitas dan rumah tangga. Beberapa contoh proyek pembangunan air minum dan sanitasi di negara-negara berkembang juga digambarkan sehingga dapat menjadi pengalaman berharga untuk proyek-proyek berikutnya yang akan diterapkan. Pada bagian akhir makalah dituliskan rekomendasi mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh pihak Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat dan kelompok sipil, serta donor dan organisasi internasional agar proyek-proyek air minum dan sanitasi dapat berkelanjutan dengan melibatkan peran perempuan dan laki-laki. Rekomendasi untuk Pemerintah Pusat misalnya dengan menyediakan fasilitas kredit mikro atau alternatif pendanaan lainnya bagi organisasi yang berorientasi kesetaraan gender, kemudian Pemerintah Daerah dapat melaksanakan training untuk komunitas setempat (baik laki-laki maupun perempuan) dalam pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan fasilitas air minum dan sanitasi. Masyarakat dan kelompok sipil sendiri bisa berperan dalam mengumpulkan informasi mengenai apa yang mereka inginkan dan dapat dilakukan sehubungan dengan permasalahan air minum dan sanitasi di daerah mereka. Sedangkan pihak donor dan organisasi internasional lainnya dapat menyediakan bantuan teknis (technical assistance) dalam penerapan teknologi yang murah dan akses informasi kepada otoritas dan komunitas lokal. Post Date : 17 Februari 2007 |