|
Citizen6, Pandeglang: Program sanitasi atau kesehatan lingkungan terutama buang air besar (BAB) sembarangan hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di kota maupun pedesaan. Meski tidak 'seksi', urusan jamban tidak bisa dianggap sepele. Tak kurang dari 70 juta jiwa warga Indonesia saat ini masih melakukan BAB di sungai, sawah, kebun, atau kolam yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan diare (muntaber) bahkan sampai menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Hal ini diungkapkan fasilitator sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) Solihin Abas di sela-sela evaluasi training metode STBM, di RM S'Rizki Pandeglang, Jumat 22 Februari 2013. Hadir dalam evaluasi training yang digelar selama sepekan itu, Direktur Yayasan Harapan Dhuafa (Harfa) Pandeglang, Yudi Hermawan yang sekaligus menutup acara training STBM bagi para relawan Harfa Banten. Yudi menjelaskan, masalah kesehatan lingkungan belum terseleaikan karena masih sangat sedikit lembaga dan instansi yang mengurus persoalan sanitasi masyarakat. Soal anggaran program yang disediakan pun menurut pria asal Pontang, Kabupaten Serang tersebut, pemerintah baru mengalokasikan dana sekitar 2 persen dari anggaran belanjanya untuk program air bersih dan sanitasi. "Masalah sanitasi tidak 'seksi', sehingga sedikit yang mengurus. Padahal persoalan sanitasi penting, walaupun terkesan 'sepele' tetapi manfaatnya sangat besar bagi kesehatan di lingkungan komunitas setempat," jelas Yudi. Oleh karenanya, Yudi sangat mengapresiasi semangat para relawan Harfa yang mau berkecimpung dalam pemberantasan 'tahi liar' di Kabupaten Pandeglang dengan mengikuti pelatihan metode STBM selama 5 hari penuh, mulai Senin 18 Februari hingga Jumat 22 Februari lalu. "Konsekuensi dari pelatihan itu harus diaplikasikan di lapangan. Saya percaya relawan Harfa mampu melakukannya dengan merangkul instansi yang menerapkan pendekatan STBM. Sampai suatu saat nanti masyarakat dapat secara swadaya dan gotong royong membangun jamban dan sarana sanitasi lainnya," tandas Solihin, seorang konsultan independen untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang berkiprah di Provinsi Banten. Komitmen Harfa Direktur Harfa Pandeglang Yudi Hermawan dalam sambutan penutupannya mengatakan, sebagai Lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang sosial, Yayasan Harfa berkomitmen terus memberi kebermanfaatan kepada masyarakat. Komitmen sosial tersebut yakni memfasilitasi para donatur untuk menyalurkan donasi kepada yang berhak menerima, seperti kaum duafa. Untuk mengaktualisasikan komitmennya itu, Yayasan Harfa cabang Pandeglang bertekad untuk menjadi lembaga terpercaya dan payung kaum dhuafa. Di antaranya mengembangkan potensi masyarakat melalui program kemitraan di sejumlah kecamatan di Kabupaten Pandeglang. "Untuk mendukung aksi sosialnya, Yayasan Harfa merekrut para relawan pendamping masyarakat yang ditempatkan pada 10 desa percontohan. Yakni Desa Majau dan Parigi Kecamatan Saketi, Desa Pasir Kadu dan Seuseupan Kecamatan Sukaresmi, Desa Cipinang, Padaherang, Cikayas, Kramatmanik, Kadubadak, dan Desa Sumur Laban Kecamatan Angsana," jelas Yudi. Harfa juga fokus pada environmental service program (ESP) guna melakukan perbaikan dan pembenahan kondisi dan lingkungan masyarakat. Di antaranya program penyadaran kesehatan masyarakat melalui kegiatan pemberantasan 'tahi liar', pendidikan, ekonomi dan lingkungan. "Seperti perhatian kepada penyandang keterbatasan fisik (difability), pelatihan usaha masyarakat, ternak berkah, pemanfaatan pekarangan lingkungan untuk industri rumah tangga, serta pemberian modal bergulir berbasis perempuan untuk memberikan efek kemandirian ekonomi untuk keluarga," tambah Yudi. (Mar) Ade Setiawan, Penulis adalah pewarta warga. Post Date : 05 Maret 2013 |