|
Pemerintah meninjau ulang rencana sistem pengolahan sanitasi berbasis pipa atau yang lebih dikenal dengan Jakarta Sewerage Treatment Plan yang seharusnya dimulai awal 2015 mendatang. Imam Santoso Ernawi, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mengungkapkan pihaknya tidak ingin proyek yang diperkirakan akan menelan anggaran Rp70 triliun ini menjadi terlantar ditengah jalan. "Kita sedang bicara dengan DKI, jangan sampai setelah dimulai malah terlantar," jelas Imam kepada Bisnisdi Jakarta, Selasa (16/12/2014). Rencana yang ditinjau menurut Imam adalah detail engineering design (DED) dari konsultan yang dibiayai olehJapan International Coperation Agency( JICA). Menurut rencana ini penanganan limbah Jakarta berbasis pipa akan tuntas pada 2050. Pembangunan ini direncanakan dimulai dari pembangunan pipa utama sepanjang 800 meter yang berfungsi menyalurkan air limbah dari zona 1 menujuw aste water treatment plant (WWTP) berkapasitas rata-rata 198.000 meter kubik/hari di sisi waduk pluit. Cakupan Zona satu ini akan menampung air limbah meliputi Kecamatan Gambir, Sawah Besar, Senen, Menteng, Tanah Abang, Matraman, Grogol, Petamburan, Taman Sari, Tambora, dan Penjaringan dengan total 48 kelurahan. Untuk menyelesaikan pipa pengumpul pada zona I sebesar Rp6,7 triliun. Jakarta sendiri akan dibagi kedalam 15 zona pengolahan air limbah. Ini terdiri dari 14 zona rencana yang akan dibangun dan ditambah dengan pengolahan air limbah di Setiabudi yang sudah eksisting disebut zona nol. Pada tahap awal pembangunan jaringan pipa yang terhubung ke pipa utama dilakukan di zona satu dan zona enam. Pemilihan zona ini karena dipandang paling layak secara keekonomian. Luas cakupan zona satu ini mencapai 4.901 Ha dengan target sambungan rumah sebanyak 101.925 keluarga. Panjang pipa pengolahan air limbah zona ini mencapai 758 kilometer. Sedangkan pusat pengolahan di Zona Enam akan dibangun di Duri Kosambi. Menurutnya penanganan sanitasi kota seperti Jakarta kedepan bukan berbasikan proyek seperti rencana awal, namun lebih pada pendekatan penanganan kawasan kumuh secara terpadu. Sehingga setelah adanya program pemerintah dikawasan kumuh tersebut akses sanitasi dan air bersih lingkungan ikut tertangani. Evaluasi ini termasuk rencana pemasangan pipa utama. "Tahun depan kita anggarkan sekitar Rp4 Triliun," jelasnya. Menurut Imam dengan anggaran ini, Cipta Karya akan menangani 3.000 hektar kawasan kumuh pada 2015. Sedangan seluruh kawasan kumuh yang mencapai 37.000 kilometer akan tuntas dibangun pada 2019. Post Date : 17 Desember 2014 |