|
MEDAN– Kota Medan dipastikan tidak siap mengantisipasi banjir pada musim penghujan kali ini. Pasalnya, drainase tidak sanggup menampung debit air hujan, ditambah minimnya kawasan resapan air, dan banyaknya parit yang tersumbat. Rendahnya daya tampung drainase ini juga membuat Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan Dzulmi Eldin khawatir. Debit air hujan bisa saja melebihi kemampuan drainase, sehingga genangan air dan banjir mengepung Kota Medan selama musim penghujan. “Drainase kita tidak mampu menampungnya, makanya secara perlahan kita akan membenahinya,” ujar Dzulmi Eldin, kemarin. Eldin mengaku sudah meminta Dinas Pekerjaan (PU) Umum Bina Marga untuk mendata terkait curah hujan di beberapa kawasan, sehingga ketika hujan turun dengan debit yang besar, dapat diawasi. “Kami sekarang sedang mendata jalur- jalur drainase, sehingga ketika debit air besar bisa dikontrol,” kata Eldin. Selain itu, Eldin juga meminta kepada setiap pengembang yang mendirikan bangunan baru memenuhi ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30% dari luas lahan perumahan. “Mereka harus mematuhinya, kalau tidak perizinannya akan bermasalah,” tandas Eldin. Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Kota Medan Sampurno Pohan mengklaim jika kawasan resapan air di kota ini masih tersedia hingga 20% dari luas wilayah. Dia membantah sudah mengalihfungsikan lahan yang diperuntukkan kawasan resapan air sebagai perumahan. “Kalau untuk daerah USU itu, peruntukannya memang perumahan, tidak ada kawasan resapan air yang kami alih fungsikan, tidak boleh itu. Hanya saja, memang kondisi eksistingnya seperti di USU itu saja yang salah, karena masih ada sebagian sawah. Kalau sampai sekarang kawasan resapan air di Medan itu 20%,” ungkapnya. Begitu juga dengan kawasan Medan Johor. Dikatakan Sampurno, itu peruntukannya memang sebagai kawasan perumahan dan bukan resapan air. “Sekarang persoalan banjir bukan karena masalah kawasan resapan air, tapi drainasenya yang belum baik,” ujar Sampurno. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir, pihaknya menerapkan aturan kepada pemilik ruko agar memasang conblokc, bukan semen. ”Ada aturannya itu, sehingga bisa jadi resapan air,” tandas Sampurno. Diberitakan Selasa (20/8), hujan yang terus mengguyur Kota Medan berpotensi menimbulkan banjir besar di pusat kota. Apalagi banyak daerah strategis yang harusnya jadi tempat tangkapan air kini sudah beralih fungsi menjadi kompleks perumahan. Ancaman banjir ini juga menjadi kekhawatiran bagi camat. Sebab, persoalan drainase belum juga tuntas. Camat Medan Petisah M Yunus mengaku hingga kini drainase di wilayahnya belum siap menghadapi musim penghujan. “Makanya secara perlahan kami terus berupaya membenahi drainase dan mengorek parit agar tidak tersumbat,” kata dia. Di sisi lain, pengamat lingkungan di Medan Jaya Arjuna menegaskan bahwa kondisi drainase di Medan masih sangat buruk dan kawasan resapan air di inti kota masih minim. “Bagaimana Medan mau dapat Adipura Kencana, kalau persoalan drainase saja masih buruk. Padahal, drainase itu merupakan satu penilaian untuk Adipura Kencana,” kata Jaya. lia anggia nasution, Post Date : 22 Agustus 2013 |