|
Dibandingkan pendekatan dengan pemberian sarana toilet misalnya,
pendekatan perubahaan perilaku lebih manjur untuk mengurangi jumlah
warga yang membuat air besar sembarangan.
Plan Indonesia pernah menggelontorkan 1,5 miliar dollar selama lima tahun untuk program sarana buang air besar. "Tapi apa yang terjadi saat disurvey, masih banyak anak-anak yang meski mempunyai wc di rmh tapi masih buang di sungai. Ditanyakan mengapa masih seperti itu, dia bilang sejak kecil sudah melakukannya," katanya. Jadi menjadi tanggungjawab bersama pentingnya mencari solusi untuk melakukan perubahaan perilaku masyarakat. Ketua Asosiasi Toilet Indonesia, Naning Adiwoso mengatakan, kunci membangun sanitasi yang sehat bukanlan penyediaan bantuan jamban. Masyarakat masih menilai masalah sanitasi bisa diselesaikan oleh alam, dengan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan. "Padahal, populasi manusia yang bertambah dan tingkat urbanisasi yang tinggi, warga kini harus menciptakan sistem sendiri untuk menjamin kebersihan dan kesehatan lingkungan," katanya. Untuk perubahan perilaku maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan pemicuan. "Ini terbukti sukses seperti yang kami lakukan di dua kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara," katanya.
Sayangnya perhatian pemerintah terhadap program sanitasi masih sangat
kurang. Sebagian besar Gubernur maupun Bupati, tidak menjadikan
sanitasi sebagai program prioritas."Pernah mengumpulkan 34 gubernur,
hanya 10 gubernur yang menaikkan anggaran sanitasi sebesar 2,5 persen
dari 0 persen," katanya. Post Date : 09 Mei 2014 |