|
SAMPAH, bagi sebagian masyarakat, masih dipandang sebagai barang tidak berguna. Namun di Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, sampah jadi penghasilan tambahan bagi warga sekitar. Mereka mengumpulkannya, lalu menjualnya lewat Koperasi Renggo Jati (KRJ) terletak di Jalan Kandri Timur RT 07/RW 01, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati. Koperasi itu mengakomodasi seluruh sampah anorganik masyarakat. Tiap warga yang terdaftar memiliki sebuah buku mirip buku tabungan untuk merekap data sampah yang dibuang. Penggagas koperasi tersebut adalah Pudji Imam Fachruddin. Dia mengatakan, sebenarnya tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah memberdayakan masyarakat sekitar. Menurut dia, pembangunan Waduk Jatibarang maka lama-kelamaan wilayahnya akan menjadi tempat wisata. Dia tidak ingin Desa Kandri menjadi tempat seperti Bandungan Kabupaten Semarang yang penduduk aslinya tergusur lantaran kalah bersaing dengan pemodal besar. Untuk itu, dia berusaha melakukan sebuah gerakan nyata untuk memberdayakan warga Desa Kandri dan sekitarnya. ’’Saya tidak mau tempat ini menjadi Bandungan jilid II yang warga aslinya tersisih karena kalah modal akibat tempatnya menjadi daerah wisata,’’ katanya. Sekretaris Koperasi Renggo Jati Lutfi Elcharits mengatakan, waktu untuk pengumpulan sampah disesuaikan dengan keinginan warga. Jika sudah banyak, petugas koperasi akan datang dan mengangkut sampah. Sampah yang diambil hanya yang berjenis plastik, kertas, besi, dan kaca. Setelah dipilah sesuai jenisnya, sampah lalu dijual ke pabrik. Untuk menampung sampah-sampah tersebut ditempatkan di Bank Sampah D’Samba. Dia menjelaskan, semua transaksi dicatat di buku laporan. Pihaknya juga menyediakan buku tabungan bank sampah untuk warga. Pembukuan itu dilakukan agar ada transparansi. Lutfi menjelaskan, untuk tabungan ada empat jenis, yakni tabungan reguler, Lebaran, pendidikan, dan sosial. ’’Kebanyakan masyarakat memilih tabungan Lebaran,’’ kata dia. Setiap buku tabungan memiliki nomor rekening dan nama pemilik. Saat ini yang terdaftar menjadi nasabah sebanyak 800 orang. ’’Tabungan Lebaran hanya bisa diambil saat Lebaran. Target kami bisa menjaring seluruh warga di Kecamatan Gunungpati dengan 22990 nasabah,’’ katanya. Dia mengungkapkan, saat ini pihaknya belum memiliki alat untuk mengolah sampah organik. Beberapa waktu lalu dia pernah mangajukan bantuan alat untuk mengolah sampah organik ke pemerintah kota, namun sampai saat ini bantuan tersebut tidak juga turun. Lutfi menambahkan, banyak tempat di daerah Kota Semarang seperti Tlogosari, Ungaran, dan Kedungmundu bahkan Kabupaten Boyolali menginginkan sosialisasi dan pengangkutan sampah menggunakan pola tersebut. Namun karena jarak yang jauh dan tenaga belum memadai, pihaknya belum bisa melayani. ’’Harapannya kami bisa mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Dan, pemerintah mau memberikan bantuan alat pengolah limbah sampah organik, karena sebenarnya sampah organik menjadi prioritas utama kami,’’ tandasnya. (Afri Rismoko-39) Post Date : 25 Februari 2014 |