Puluhan Tahun Warga Menanti, Air Bersih Akhirnya Mengalir di Lapandewa

Sumber:suarakendari.com - 30 April 2014
Kategori:Air Minum
Kesusahan air bersih yang dirasakan masyarakat Kecamatan Lapandewa dan  Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) selama puluhan tahun berakhir sudah dengan dipasangnya sejumlah fasilitas air bersih di daerah itu. Setidaknya, dari 8411 jiwa warga yang berdiam di desa itu, lebih dari setengahnya sudah dapat menikmati air bersih. “Alhamdulillah kesulitan air bersih sudah dapat teratasi di desa ini,”ungkap Muhammmad Kasir SE MS, warga Buton yang menerobos inisiatif ini.

 Sebagai putra Buton, Muhammad Kasir merasa prihatin  melihat kampung halamannya terisolasi dari pembangunan dan kesulitan air bersih. Kondisi ini membawa dampak pada kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. “Makanya saya berusaha untuk mencari cara mengatasi kesulitan masyarakat di sana, khususnya soal air bersih,”ungkap Kasir.

 Pria yang telah lama berkecimpungan sebagai aktifis sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa berpikir keras mencarikan solusi bagi warga Lapandewa.

 Bermula dari inisiatif membangun kelompok ekonomi masyarakat, dari sana warga mengindentifikasi problem yang terjadi di desa mereka. Maka hampir semua warga sepakat jika masalah air besih mnenjadi masalah utama mereka. Nah, dari sana Kasir kemudian mencoba membangun komunikasi dengan pemerintah setempat dan mendapat respon yang baik.

 Kasir yang juga menjadi konsultan ekonomi Bank Indonesia ini, kemudian melobi pemerintah untuk menggelontorkan anggaran untuk pembangunan sarabna air bersih. Alhasil, hanya tempo 2 bulan dari pengusulan, upaya Kasir membuahkan hasil dengan diberikannya anggaran sebesar 10 miliar rupiah dari kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui pemerintah kabupaten Buton dan selanjutnya ditangani PDAM Buton untuk membuat sarana air bersih.

 Air bersih yang alirkan itu, diambil dari Desa Gunung Sejuk di Kecamatan Sampolawa. Debit air di Desa Gunung Sejuk memangt cukup besar  yakni, kurang lebih 150 liter per detik. Dari debit itu sekitar 30 liter per detik yang dimanfaatkan PDAM untuk mengalirkan air ke desa-desa pelosok Kecamatan Lapandewa dan Kecamatan Sampolawa. Jarak antara pusat air bersih ke desa Lapandewa sekitar 16 KM, sedang ke Desa Tira dan Desa Bahari di Kecamatan Sampolawa berjarak 11 KM. “Saya sangat bersyukur karena saat ini setidaknya, ada enam desa yang kini merasakan air bersih,”kata Kasir.

Kasir mengaku apa yang dilakukannya, semata-mata demi pengabdian sebagai manusia agar warga bisa menikmati air yang cukup, termasuk bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di daerah itu.

 “Harapan saya agar masyarakat dapat memanfaatkan air dengan baik dan masyarakat dapat menjaga fasilitas yang sudah disediakan pemerintah itu,”ujar Kasir. Bagi Kasir dukungan pemerintah Buton juga sangat besar dan menjadi prestasi yang dilakukan Bupati Umar Samiun dan wakilnya La Bakri.

Air Susah

Susahnya hidup di daerah terpencil, itulah yang dirasakan warga di Desa Lapandewa, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra). Sudah ratusan tahun masyarakat di pegunungan buton selatan ini tak pernah menikmati air bersih . Apalagi saat kemarau melanda, mereka hanya bisa memanfaatkan air hujan yang telah di tampung selama berbulan-bulan.

 Cara mendapatkan air bersih pun mereka lakukan dengan cara manual yaitu harus merakit pancuran dengan pipa seadaanya yang di taruh di bawah atap,dengan cara itulah mereka bisa menampung air hujan yang turun dari atap hingga ke bak penampungan yang mereka buat.

Jika air sumur di rumah mereka telah habis, warga biasanya berbondong-bondong mengambil air di sumur penampungan yang telah mereka buat dengan ukuran lebih besar yang di berada di samping mesjid . Mereka sengaja membuat sumur besar di samping mesjid agar bisa di gunakan untuk keperluan sholat dan kebutuhan warga sekitar ,dalam mengambil air mereka jg rela mengantri hingga berjam-jam . Warga harus bersabar menunggu giliran karena setiap orang biasanya di batasi hanya bisa mendapatkan jatah air hujan 2 atau 3 jergen per hari agar air di dalam bak penampungan bisa irit hingga musim hujan kembali tiba .

 Namun ,Jika sumur tersebut kehabisan air , sebagian warga tak tanggung-tanggung mengambil air laut untuk di konsumsi walau harus berjalan kaki sejauh 8 kilo meter untuk menempuh kawasan pantai .

 Menurut salah seorang warga lapandewa, harisun (30), kondisi seperti ini sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu . tidak adanya sumber air bersih membuat mereka harus menggunakan air hujan untuk di konsumsi bahkan sebagian masyarakat lebih memilih untuk mengambil air di laut

Dan jika terjadi musim kemarau yang berkepannjangan , warga biasanya melakukan doa bersama atau ritual ” panggil hujan ” . Dari ritual itulah mereka menjadikan agenda budaya dan adat setiap tahunnya .

“Desa lapandewa ini memiliki luas wilayah 37 KM2 dan dihuni oleh 3000 kepala keluarga , bayangkan saja kebutuhan akan air bersih di daerah itu jika setiap kepala keluarga harus menikmati air hujan dan air laut untk di konsumsi , jadi kapan masyarakat bisa menikmati air bersih ,”keluh Harisun.

 Pria 30 tahun yang merupakan ketua pemuda di desa ini juga menyesalkan adanya janji-janji pemerintah kepada warga, sudah berapa kali pergantian kepala daerah di buton namun hanya janji-janji saja yang mereka bisa lakukan.

 Pada zaman Bupati Syafei (Syafei Kahar, Red),warga telah dijanjikan agar permasalahan air bersih di desa mereka akan segera di atasi, akan tetapi untuk memenuhi tuntutan warga itu anggaran yang akan dikeluarkan bukan dari APBD melainkan anggaran dari pusat . Hal itulah yang menghambat adanya proyek pemasangan pipa untuk memasok air bersih di desa lapandewa,”kata Harisun.

 Masyarakat lapandewa kini hanya bisa berharap agar pemerintah yang sekarang cepat mengatasi permasalahan air bersih yang terjadi di desa mereka , pasalnya kekeringan yang terjadi sejak zaman nenek moyang mereka hingga kini, belum pernah mereka mendapatkan pasokan air bersih dari PDAM setempat.



Post Date : 30 April 2014