|
Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang,
Ahmad Taufik, tengah menyiapkan sejumlah langkah dalam menangani ancaman
krisis sampah yang terjadi di wilayah tersebut. (Lihat: Sampah Tutupi Badan Jalan)
Krisis sampah kini mengancam Kabupaten Tangerang seiring tingginya volume sampah di wilayah itu. Dari 1.800 meter kubik sampah di Kabupaten Tangerang setiap harinya, hanya 40 persen yang terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Jatiwaringi di Kecamatan Mauk. Masalah lain timbul lantaran kapasitas TPA Jatiwaringin seluas 12 hektar terancam kelebihan kapasitas. "Langkah utama yang kami lakukan saat ini adalah dengan cara menimalisir jumlah sampah ke TPA Jatiwaringin," ujar Taufik kepada Tempo, Selasa, 20 Mei 2014. Caranya, kata Taufik, dengan menempatkan ratusan bak pengangkut sampah di sejumlah titik. Selanjutnya, sampah-sampah tersebut diangkut dengan menggunakan armada pengangkut sampah masing-masing kecamatan. "Di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Kecamatan, sampah non-organik dipilah dan sampah organik diolah menjadi kompos," kata Taufik. Nantinya, hanya sampah-sampah yang sudah tidak bisa diolah yang dikirim ke TPA Jatiwaringin. "Cara ini cukup efektif. Sampah yang dikirim ke Jatiwaringin tersisa hingga 20-30 persennya saja," katanya. Saat ini, kata Taufik, baru sembilan dari 29 kecamatan yang sudah memiliki TPST sendiri. "Kecamatan lainnya segera menyusul. Sekarang tinggal pematangan lahannya saja," katanya. Secara terpisah, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnaen mengatakan untuk membantu penanganan sampah di setiap kecamatan, pemerintah akan segera menambah seratus unit armada truk kontainer pengangkut sampah. "Dengan penambahan tersebut, setiap kecamatan akan memiliki tiga unit kontainer pengangkut sampah," katanya. Program jangka panjang lainnya, menurut Zaki, adalah memperluas TPA Jatiwaringin dan melengkapinya dengan teknologi pengolahan sampah modern. Post Date : 20 Mei 2014 |