|
BANDUNG, KOMPAS — Sungai Citarum yang tercemar berat mengancam pasokan air bersih bagi jutaan warga di kawasan Bandung Raya. Pemerintah daerah dan pelaku industri tekstil yang banyak menggunakan air sungai itu agar segera membangun instalasi pengolahan limbah atau IPAL terpadu. Hal itu dikemukakan sejumlah warga di Kabupaten Bandung yang tinggal di sekitar Citarum. Mereka berharap IPAL yang dibangun tidak sekadar instalasi pengolahan yang bisa mengencerkan limbah, tetapi sanggup menetralkan kandungan kimia berbahaya di dalamnya. ”Instalasi pengolahan limbah terpadu yang tak sesuai kebutuhan tidak akan menghentikan tingginya pencemaran Citarum,” kata Koordinator Elemen Lingkungan, lembaga swadaya masyarakat peduli pencemaran Citarum, Deni Riswandani di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Minggu (24/11). Deni mengatakan, IPAL terpadu yang mampu menetralkan kimia berbahaya sudah diminta masyarakat sejak dulu, tetapi belum juga diwujudkan. ”Ini hanya masalah kemauan. Teknologi serupa sebenarnya sudah diterapkan di banyak lokasi pabrik tekstil di China,” katanya. Menurut Bupati Bandung Dadang Naser, pembangunan IPAL terpadu masih terkendala lahan yang ideal. Saat ini, banyak pabrik tersebar di sejumlah tempat sehingga pembangunan IPAL terpadu belum bisa berjalan dengan baik. Setahun lalu, Dadang menyatakan IPAL terpadu tidak digunakan sebagaimana semestinya oleh pemilik pabrik. Pencemaran berat juga terjadi di anak-anak Citarum akibat sampah dan limbah domestik. Sungai Cikapundung di Kota Bandung, misalnya, dinyatakan tidak layak minum. ”Survei kami tahun 2012 menunjukkan bakteri E coli yang biasanya terdapat pada tinja manusia ditemukan dalam sumber air warga yang terletak 20 meter dari bibir Sungai Cikapundung. Artinya semakin mendekati bibir sungai, kondisinya lebih buruk lagi,” ujar Susatyo Tri Wilopo, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kota Bandung. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, untuk keperluan jangka pendek disediakan mesin penjernih air di sejumlah titik. Ia juga sedang membuat proyek pipanisasi raksasa untuk mengalirkan limbah domestik ke dalam MCK komunal. Di Polandia, Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya berjanji akan melakukan penilaian kelayakan dan membatasi izin bagi usaha-usaha di sepanjang Citarum. Hal ini untuk mengendalikan kerusakan sungai tersebut. Menurut Balthasar, kerusakan Citarum sebagai salah satu yang sungai terparah disebabkan oleh limbah rumah tangga dan industri yang tumbuh sepanjang sungai. Karena itu, pihaknya bersama tim dari sejumlah kementerian telah bertemu untuk membahas masalah kerusakan. Tidak hanya Citarum, delapan sungai lain juga menjadi prioritas, antara lain Ciliwung, Musi, Batanghari, dan Barito. Pihaknya menargetkan pemulihan sungai-sungai besar ini selesai pada 2027. ”Harapan kami pada waktu yang ditargetkan seluruh sungai lintas provinsi sudah pulih,” ujarnya seperti dilaporan wartawan Kompas, Irma Tambunan. Balthasar melanjutkan, sejauh ini pihaknya berupaya mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat lokal untuk tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai. Kendala yang terjadi saat ini, koordinasi antara pusat dan daerah masih lemah. Selain itu, komitmen di daerah juga belum cukup mengatasi kerusakan sungai. (REK/CHE) Post Date : 25 November 2013 |