|
BANJARMASIN, KOMPAS - Banjir yang melanda sejumlah wilayah belakangan ini terus meluas. Keterangan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jumat (12/4), pada triwulan pertama tahun ini telah terjadi lebih dari 300 bencana. ”Rata-rata 10 kali kejadian setiap hari. Hal ini membuktikan besarnya ancaman bencana bagi kehidupan masyarakat, terutama di daerah rawan bencana,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Jumat, di Jakarta. Menurut pantauan Kompas, di Kalimantan Selatan, sampai kemarin tercatat 22.000 lebih rumah warga di delapan kabupaten terendam air setinggi 0,5-2 meter. Sementara itu, luapan Sungai Bengawan Solo kembali menelan korban. Mohammad Rizal Muhaimin (11), warga Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ditemukan tewas terseret arus. Di Lampung, seorang bocah, Ilham (8), hilang terseret arus Sungai Way Sukaraja. Hingga Jumat malam, warga Gedong Tataan, Pesawaran, itu masih dicari. Menurut Sutopo, pengaruh siklon tropis Victoria dan menghangatnya permukaan air laut menyebabkan tingginya curah hujan di Indonesia meski saat ini sudah memasuki transisi musim hujan ke kemarau. Akibatnya, bencana hidrometeorologi terjadi di sejumlah wilayah. Dari 300 bencana itu, lanjut Sutopo, 95 persen lebih merupakan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung. Kerugian Sutopo menyebutkan, secara keseluruhan, luapan Bengawan Solo, sejak Minggu (7/4) hingga saat ini, menewaskan 11 orang dan 22.830 rumah terendam, termasuk di Blora, Jawa Tengah, serta Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik di Jawa Timur. Banjir juga merendam 7.450 hektar sawah. Dampak bencana banjir di wilayah Kabupaten Demak juga meluas. Hingga kemarin, selain di enam desa di Kecamatan Mijen, genangan air juga merembet di dua desa di Kecamatan Wedung. Jumlah warga yang mengungsi pun terus bertambah, dari 10.000 orang menjadi 14.557 orang. Jumlah daerah yang tergenang air meluas dan pengungsi pun bertambah karena tanggul Sungai Wulan yang jebol belum bisa ditutup. ”Berdasarkan keterangan Dinas Pengelola Sumber Daya Air Jawa Tengah, tanggul baru akan ditutup setelah air Sungai Wulan surut,” ujar Pelaksana Harian Bupati Demak Perwono Sasmito. Ia mengatakan, hingga kemarin, jumlah pengungsi di dua desa di Kecamatan Wedung 3.400 orang dan di enam desa di Kecamatan Mijen 11.157 orang. Sebagian besar warga mengungsi di rumah tetangga dan sebagian lagi di Gedung Olahraga di Kecamatan Welahan, Jepara. Jumat siang, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo didampingi Kepala Jawa Tengah Sarwa Pramana menyerahkan bantuan ke daerah-daerah yang dilanda banjir dan longsor. Penyerahan bantuan berupa dana bencana alam dan logistik itu dilakukan di dekat Jembatan Sungai Wulan di Desa Mijen. Bibit Waluyo mengatakan, total dana yang diberikan senilai Rp 482 juta. Penerima bantuan tersebut adalah BPBD Kota Semarang sebesar Rp 24 juta, Kabupaten Kudus Rp 100 juta, Kabupaten Demak Rp 100 juta, Kabupaten Grobogan Rp 100 juta, dan Kabupaten Pati Rp 58 juta. Tanggap darurat Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan Rendra Fauzi meminta warga waspada. Pemerintah Provinsi Kalsel telah menetapkan status tanggap darurat sejak 10 April hingga 22 April. ”Saat ini yang cukup parah ada di Hulu Sungai Utara dan Tanah Laut. Di Kabupaten Hulu Sungai Utara 9.774 rumah terendam, sementara di Tanah Laut 989 rumah terendam,” katanya. BPBD Kalsel, Jumat siang, mengirimkan 11.000 paket bahan pokok untuk didistribusikan ke daerah yang dilanda banjir. Namun, genangan di beberapa wilayah mulai surut, antara lain di Rantau, Kabupaten Tapin. Banjir yang menggenangi 11 desa di Kecamatan Longkali, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, juga mulai surut, Jumat, seiring meredanya hujan.(WER/PRA/ACI/ETA/HEN/CHE/JON/AIK) Post Date : 15 April 2013 |