914 Hektar Sawah Terendam

Sumber:Kompas - 05 Agustus 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

MAKASSAR, KOMPAS - Sedikitnya 914 hektar areal persawahan di empat kecamatan di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, terendam banjir, Rabu (4/8). Sekitar 6 ton gabah kering panen rusak diterjang banjir akibat luapan Sungai Tanrutedong.

Empat kecamatan yang dilanda banjir setinggi 1-1,5 meter itu adalah Duapitue, Watan Sidenreng, Tellulimpoe, dan Panca Lautang. Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Sidrap Mahmud, banjir hanya menggenangi sawah sehingga warga tidak mengungsi.

Kesulitan air bersih yang dialami warga akibat banjir mengotori air sumur diatasi dengan bantuan tiga truk air bersih berkapasitas 5.000 liter dari Perusahaan Daerah Air Minum Sidrap.

Sungai Tanrutedong meluap akibat derasnya debit air dari Danau Sidenreng, Sidrap. Kondisi danau seluas 4.000 hektar itu tak jauh berbeda dengan Danau Tempe di Kabupaten Wajo yang memerlukan pengerukan.

Menurut Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Sulsel Soeprapto Budisantoso, sedimentasi Danau Sidenreng yang berjarak 200 km dari Kota Makassar mencapai 5-7 sentimeter setahun.

Kepala Stasiun Meteorologi Pelabuhan Paotere, Makassar, Hanafi Hamzah mengimbau agar warga di bagian timur Sulsel, seperti Kabupaten Bone, Wajo, Soppeng, dan Sidrap, waspada terhadap banjir. Fenomena alam La Nina menyebabkan suhu permukaan laut Indonesia hangat dan berpengaruh pada tingginya curah hujan di kawasan itu.

”Musim hujan di kawasan timur Sulsel sedikit lebih panjang daripada wilayah barat. Hujan masih akan terjadi hingga awal Oktober,” kata Hanafi.

Belum ditangani

Kondisi sebagian jalan lintas barat Sumatera di kawasan Sitinjau Laut, Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, yang longsor beberapa hari setelah gempa bumi 30 September 2009, hingga sebulan menjelang Lebaran masih membahayakan. Berdasarkan hasil pemantauan hari Rabu menunjukkan, kondisi sebagian badan jalan yang menjadi akses utama Kota Padang menuju Jakarta dan sejumlah wilayah lain di Pulau Sumatera rusak. Bahkan, ada sebagian badan jalan hilang.

Perbaikan yang dilakukan baru upaya menahan material longsoran di bawah badan jalan dengan memasang bebatuan yang dirangkai dalam jalinan kawat besi. Adapun badan jalan yang longsor sebagian belum tersentuh perbaikan.

Bus antarkota antarprovinsi, truk-truk besar, hingga mobil pribadi, dan sepeda motor yang datang dari arah berlawanan terpaksa menggunakan separuh badan jalan secara bergantian.

Untuk menjamin kelancaran lalu lintas, penduduk sekitar bergantian mengatur arus kendaraan yang melintas.

Sebagian besar permukaan jalan dipenuhi lubang dan tonjolan aspal bergelombang. Kondisi itu membuat sejumlah truk besar mogok di tengah jalan. Apriyadi (27), seorang sopir truk pengangkut kerangka jembatan dari Bekasi yang akan dipasang di Padang Pariaman, menuturkan, ia sudah empat hari tertahan di Sitinjau Laut. Medan yang berat membuat gardan truk yang dikemudikannya rusak.

Pelaksana Uji dan Alat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II Bina Marga Iskandar saat dikonfirmasi memastikan, perbaikan jalan rusak di Sumatera Barat akan dilakukan hingga H-7 Lebaran. Namun, kemungkinan perbaikan jalan tidak bisa dilakukan secara keseluruhan. (RIZ/INK)



Post Date : 05 Agustus 2010