Putus kontrak dengan swasta jauh lebih baik

Sumber:merdeka.com - 10 Juni 2013
Kategori:Air Minum

Siti Badriah Syarif Selasa pekan lalu menyemangati para wartawan hadir dalam konferensi pers di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata, Jakarta Selatan. Mereka mendengarkan keterangan diberikan oleh Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMMSAJ) seputar penolakan pengelolaan air dikelola swasta sejak 16 tahun lalu.

Perempuan berjilbab ini mengajak seluruh warga ibu kota menyumbang buat membantu Pemerintah Provinsi DKI membeli saham Palyja selaku pengelola air di wilayah Jakarta.

Sumbangan tidak dipatok. "Berapapun nilainya tidak masalah. Uang ini akan kami catat dan harap mengisi keterangan jumlah, nama, serta tanda tangan agar kami bisa mempertanggungjawabkan uang itu," kata Badriah. 

Konsultan Proyek Penghijauan ini menyatakan hampir 70 persen warga Jakarta belum bisa menikmati air bersih. Dari hasil risetnya soal air tanah di Jakarta, sebanyak 67 persen sudah tercemar bakteri e-coli. Alhasil, jika dipakai saban hari bisa menyebabkan gatal-gatal hingga tetanus. 
Data paling parah menunjukkan pencemaran air tanah paling banyak terjadi di Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Sedangkan wilayah Jakarta Selatan, mayoritas penduduk masih menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari. "Di Jakarta selatan tadinya hanya delapan meter bisa dapat air. Saat ini ada yang sampai 30 meter, itu pun masih tidak bisa dikonsumsi," ujarnya.

Apalagi pembangunan rumah susun dan apartemen marak di Jakarta. Sehingga kebutuhan air bersih kian melonjak dan ini tidak bisa dipenuhi oleh PDAM. Mau tidak mau, pengembang mengebor tanah untuk mengambil cadangan air. Parahnya, batas pengeboran itu tidak diketahui meski pemerintah menetapkan batas maksimal seratus meter. "Semakin diambil airnya, semakin turun lapisan tanahnya," tutur Badriah. 

Koordinator Advokasi Koalisi Masyarakat Untuk Hak Atas Air (KruHa) Muhammad Reza menilai kontrak antara pemerintah dengan pengelola air saat ini dinilai janggal. Meski air memiliki dua nilai, yaitu ekonomis dan sosial, namun tidak bisa dibuat untuk mencari keuntungan. "Masalahnya ada swasta di situ, dia masuk jadi komersil," katanya. 

Sebagai solusi cepat menghadapi krisis air guna memenuhi kebutuhan warga Jakarta, Reza menyarankan Gubernur DKI Joko Widodo harus memutus kontrak dengan swasta pengelola air. Jika langkah ini tidak diambil, warga terus tercekik.



Post Date : 11 Juni 2013