Persoalan
sampah di Kota Yogyakarta kian serius. Dalam sehari, minimal 200 ton sampah
harus dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Jumlah tersebut memang turundari
produksi sampah pada 2009 sebanyak 350 ton sampah. Namun tetap saja, produksi
sampah harus dituntaskan. Untuk memangkas volume sampah, perlu ada pengolahan
agar memiliki nilai jual yang bermanfaat bagi perekonomian masyarakat. ”Berawal
dari program Pemkot Yogyakarta tentang pengelolaan sampah mandiri berbasis
rumah tangga.
Karena itu, kami memfasilitasi masyarakat dengan
penyediaan komposer dan alat takakura,” kata Staf Daur Ulang Sampah Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Nerson belum lama ini. Dia meyakini,
pengolahan sampah mandiri berhasil mengurangi volume sampah yang harus dibuang
ke TPA Piyungan.
Anggaran yang dikeluarkan untuk program
pengembangan kinerja pengelolaan sampah pada 2013 sekitar Rp10 miliar. Kalau
pengolahan sampah mandiri bisa dilakukan seluruh rumah tangga, otomatis akan
mengurangi jumlah anggaran yang harus dikeluarkan pemkot. Guna memanfaatkan pengolahan
sampah berupa pupuk kompos, BLH juga memiliki program pertanian perkotaan.
Yakni, pemanfaatan lahan yang ada di sekitar rumah
dengan menggunakan sampah bekas. Misalnya botol sebagai media untuk menanam.
Hal ini bagian dari upaya pemerintah dalam membangun ekonomi kreatif
masyarakat. Program ditargetkan pada tahun ini sudah dilaksanakan. ”Kami
menargetkan masyarakat sudah mulai melakukan program itu di 2013. Pemanfaatan
lahan sempit di sekitar rumah akan berguna minimal bagi keluarga tersebut,” kata
Nerson.
Ada beberapa indikator keberhasilan yang harus
dicapai. Yaitu, peningkatan kebersihan lingkungan, kesehatan masyarakat, serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dari 60 binaan, yang sudah berhasil
sekitar 30–40 binaan. Ketua Komisi C DPRD Kota Yogyakarta Zhuhrif Hudaya
menilai, pengolahan sampah di kota ini sudah semakin baik. ”Pengolahan sampah
di Kota Yogyakarta sudah semakin baik.
Kami mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan
pengolahan sampah mandiri berbasis rumah tangga,” ucap Zhuhrif. Dia menargetkan
dengan pengolahan sampah bisa mengurangi 30% anggaran untuk sampah. Dengan
demikian, dana tersebut bisa dialihfungsikan untuk membantu masyarakat yang
sudah menjalankan pengolahan sampah berbasis rumah tangga tersebut.
Post Date : 03 Juni 2013
|